Mitigasi Bencana Lewat Metoda Patanjala, Konsep Karuhun Kelola Alam agar Haknya untuk Hidup Berjalan Natural

“Tampungan air sudah tidak ada, sehingga air mau jalan kemana? Harusnya sungai itu biarkan mengalir sampai ke laut,” papar Apansah.

Dia menyampaikan, perlunya pemerintah memperhatikan sejarah bagaimana leluhur dapat mengurus lingkungan dengan baik, sebab semua sudah ada aturannya.

Apansah mempercayai, masyarakat Sunda di masa lalu alias para kahurun atau leluhur, melihat totalitas alam dari mulai gunung, hutan, sungai hingga laut, bukan hanya sesuatu yang Abiotik (mati).

Akan tetapi, para kahurun melihatnya sebagai subjek yang memiliki haknya masing-masing, sederhananya mereka menempatkan alam sejajar dengan manusia, yang perlu diperhatikan hak juga etika ketika berada di dekatnya.

Dipercontohkan seperti pengelolaan hutan di pegunungan, tak bisa sembarangan baik pemanfaatan apalagi penebangan yang dapat merusak lingkungan serta ekologi di dalamnya.

Leuweung Titipan (Leuweung Larangan), merupakan area hutan yang dijaga keseimbangannya, bukan hanya untuk warga yang tinggal berdekatan dengan hutan tersebut, tapi untuk masyarakat Sabuana atau sedunia.

Kemudian di bawah area Leuweung Titipan terdapat kawasan Leuweung Tutupan (Hutan Lindung), bertujuan untuk menutupi area hutan lain yang dianggap lebih sakral oleh para leluhur, yakni guna menjaga Leuweung Titipan/Larangan.

Selanjutnya bagian di bawah kawasan Leuweung Tutupan, terdapat Leuweung Baladahan (Hutan Bukaan), yang mana area tersebutlah hutan yang boleh dimanfaatkan oleh manusia.

Seperti halnya hutan, sungai pun harusnya dibiarkan mengalir, diberikan haknya dan perlu beretika jika ingin berada di dekatnya.

Merujuk pada konsep Leuweung atau Kawasan Larangan, merupakan area yang terlarang untuk manusia. Sebab alam juga mempunyai haknya untuk hidup secara natural, tanpa adanya intervensi sedikitpun dari manusia.

“Bisa saja Sungai Cimande dinormalkan kembali, tapi tantangannya banyak. Pertama kesadaran masyarakat, kedua pemerintah kurang mendukung, kemudian banyak pemodal yang hanya ingin untung,” tukas Apansah.

Sementara itu, Ketua Panitia Acara Mitigasi Bencana Persepsi Karuhun Bermetoda Patanjala, Anton Rahardjo menuturkan, kegiatan lingkungan sudah sering dilakukan.

“Kegiatan ini banyak dihadiri Pangauban sebetulnya sudah sering dilakukan, yang paling aktif Pangauban untuk di Citarum itu Pangauban sub sektor Citarik dan Cimande,” tuturnya.

Writer: Yanuar Baswata

Tinggalkan Balasan