JABAR EKSPRES – SDN Cigugur Tengah memiliki cara unik dalam melatih pola pikir kritis siswa melalui seni teater. Dalam penerapan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), sekolah ini mengembangkan teater sebagai media pembelajaran yang tidak hanya mengasah kreativitas, tetapi juga menanamkan kepedulian terhadap isu lingkungan.
Tak sekadar bermain peran, teater ini menjadi alat edukasi yang mengajarkan siswa berpikir kritis, berani berpendapat, serta peduli terhadap isu lingkungan. Proyek ini juga hadir sebagai respons terhadap perkembangan zaman yang semakin modern, di mana teknologi kerap kali membuat anak kurang peka terhadap lingkungan sekitar.
Pelatih Teater sekaligus Guru Kelas 4 SDN Cigugur Tengah, Muhammad Hakim Dutama, menjelaskan seni teater menjadi wadah bagi siswa untuk lebih peka terhadap permasalahan sekitar.
Melalui proses latihan dan pementasan, anak-anak belajar berdiskusi, menganalisis, dan menyampaikan gagasan secara kritis.
“Misalnya saat akan mengadakan buka puasa bersama, saya menyarankan membeli gelas plastik. Tapi siswa-siswi sudah berani berdiskusi seperti, ‘nanti makin banyak sampah, Pak.’ Jadi ada sebuah diskusi yang menarik,” ujar Tama, sapaan akrabnya, saat ditemui Jabar Ekspres, Rabu (19/3/2025).
Dalam praktiknya, Tama menjelaskan teater ini diawali dengan mendata kondisi ekologis di lingkungan rumah dan sekolah. Data yang terkumpul kemudian diolah menjadi naskah pementasan yang dibuat bersama oleh para siswa.
“Jadi kita kumpulkan datanya dan kita susun menjadi naskah bareng-bareng. Sehingga dari situ muncul kesadaran dari para siswa, terutama terkait isu lingkungan. Mereka mulai mempertanyakan kondisi sekitar dan mencari tahu idealnya seperti apa,” jelasnya.
Menurut Tama, pendekatan ini membuat siswa lebih kritis terhadap kondisi lingkungannya. Mereka mulai menyadari berbagai permasalahan dan secara aktif mencari solusi.
“Ketika anak-anak melihat lingkungannya banyak masalah, mereka jadi lebih kritis,” ujarnya.
Selain melatih pemikiran kritis, proyek teater ini juga mengajarkan siswa untuk menganalisis dan memahami permasalahan secara mandiri. Setelah data terkumpul, mereka menyusunnya dalam bentuk pementasan sebagai bentuk laporan kepada sekolah.