Citanduy Waterway Tuai Pro Kontra, Ini Tanggapan Kritis dari Peneliti

JABAR EKSPRES – Rencana pembangunan Citanduy Waterway di Kota Banjar menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Salah satu kritik tajam terkait rencana proyek ini datang dari seorang peneliti, Yoyo Sutarya, yang dalam wawancara mengemukakan sejumlah argumen yang menarik, namun juga problematik. Dr. Asep Mulyana, SIP, MA, seorang doktor ilmu politik lulusan UGM yang berdomisili di Kota Banjar, memberikan tanggapan kritis terhadap pandangan Yoyo.

“Memang benar bahwa prioritas harus diberikan pada isu kemiskinan, pendidikan, dan pengangguran di Kota Banjar. Namun, kita tidak bisa mengabaikan potensi besar dari proyek Citanduy Waterway sebagai solusi terintegrasi untuk masalah-masalah tersebut,” ujar Bah Asmul (sapaan akrab Asep Mulyana,Red), Selasa 21 Januari 2025.

Menurut Bah Asmul, salah satu poin yang diangkat oleh Yoyo, bahwa pembangunan pariwisata tidak seharusnya menjadi prioritas utama ketika masih banyak masalah sosial yang harus diselesaikan. Namun, Bah Asmul menegaskan bahwa proyek seperti Citanduy Waterway memiliki potensi untuk menjadi lokomotif ekonomi yang dapat menciptakan lapangan kerja dan mendongkrak sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

“Pariwisata bukan hanya sekadar ikon, tetapi merupakan investasi jangka panjang yang dapat memberdayakan warga kota. Dengan adanya proyek ini, kita bisa melihat peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pajak dan kegiatan ekonomi turunan,” jelasnya.

Yoyo menyarankan langkah-langkah seperti pemberdayaan UMKM dan pelatihan keterampilan. Namun, Bah Asmul mempertanyakan bagaimana langkah-langkah tersebut akan dibiayai tanpa adanya peningkatan PAD yang signifikan.

“Proyek pariwisata besar seperti Citanduy Waterway justru menyediakan platform bagi UMKM lokal untuk berkembang. Dari kuliner hingga kerajinan tangan, semua bisa terintegrasi dalam ekosistem wisata yang lebih besar,” ungkap pria yang pernah belajar sistem jaminan sosial universal di University of Oslo, Norwegia itu.

Bah Asmul juga menyoroti kritik Yoyo terhadap rendahnya tingkat pendidikan di Banjar. Ia menegaskan bahwa sektor pariwisata dapat berkontribusi pada peningkatan pendidikan.

“Peningkatan ekonomi melalui wisata memberikan ruang fiskal bagi pemerintah untuk mengalokasikan lebih banyak dana ke pendidikan. Selain itu, proyek ini dapat membuka peluang pelatihan berbasis pariwisata bagi generasi muda,” tambah pria yang pernah mengikuti pelatihan HAM di Montreal, Kanada, itu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan