Farhan juga sependapat bahwa BIJB Kertajati adalah proyek strategis nasional. Bandara itu perlu digenjot agar lebih optimal. Tapi sembari menunggu pengoptimalan alangkah baiknya jika Bandara Husein beroperasi.
“Sembari menunggu (BIJB.red) ya Husein dibuka. Kalau dua-duanya jalan kan bagus, karena kan itu (Husein.red) aset yang tidak pergunakan sekarang. Sisa beberapa penerbangan,” cetusnya.
Opsi Beroperasi Keduanya
Opsi pengoperasian kedua bandara itu juga mencuat dari dialog kedua belah pihak. Menurut Bey, yang pasti BIJB Kertajati bakal dioptimalkan untuk penerbangan Haji. Dan ke depannya diproyeksikan untuk penerbangan umroh juga.
BACA JUGA:Bandara Husein Sastranegara Masih Melayani Dua Rute Penerbangan
Bey berpendapat, terkait polemik dua bandara itu butuh solusi yang bersifat komplementari atau saling melengkapi. Bukan justru saling bersaing. Misalnya penataan rute, hingga pengoptimalan kargo.
Karena itu polemik itu akan disampaikan ke Kemenhub. “Karena memang ada desakan untuk membuka Bandara Husein itu memang kenyataan, tapi juga kami harus untuk mempertahankan BIJB Kertajati. Paling baik itu komplementari,” tutupnya.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar mencatat tren kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) melalui pintu masuk Bandara Kertajati belum semoncer ketika melalui Bandara Husein Sastranegara. Tercatat pada Juni 2024 misalnya, baru ada 687 wisman yang masuk ke Jabar.
Jumlah itu cukup jauh jika dibandingkan dengan kedatangan wisman saat masih pengoperasian Bandara Husein Sastranegara. Tercatat pada periode Juni 2019 atau sebelum ada pandemi Covid 19, ada 8.652 wisman.
Kemudian tren M-to-M antara Mei dan Juni 2024 sendiri juga mengalami penurunan. Di Mei lalu ada 1.360 wisman yang masuk melalui Bandara Kertajati. Atau anjlok 49,49 persen.(son)