“Kekerasan perempuan dan anak itu kesadaran etika dan moral. Tentu kita harus melakukan penyadaran tingkat penyadaran yang paling tinggi dan efektif adalah di kelurahan. Jadi mungkin budaya yang muncul tidak akan terjadi bilamana keluarga masing-masing kita bisa membina dan mendidik itulah pentingnya puspaga,” sambungnya.
Ia menegaskan, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak menjadi fenomena gunung es. Dimana kasus yang mencuat atau yang dilaporkan jauh lebih sedikit dari kenyatannya. Ade Zakir berharap dengan adanya Puspaga kesadaran masyarakat dalam melakukan perlindungan semakin meningkat.
“Sebetulnya kasus kekerasan ini ibarat gunung es yang dilaporkan sedikit tapi dibawahnya yang tidak berani melaporkan masih banyak. Kita dalam hal ini pemerintah daerah menangani kasus itu kalau ada pengaduan. Tapi yang tidak dilaporkan kami tidak tahu. Jadi dengan adanya Puspaga ini untuk mengedukasi agar masyarakat berani,” katanya.
Ia berharap, keberadaan Puspaga Lilakanti KBB periode 2024-2028 bisa melayani masyarakat dengan sepenuh hati. Menerima setiap laporan yang ada. Ia menekankan untuk melindungi anak secara fisik, mental dan sosial.
“Dengan banyaknya masyarakat yang menyadari bahwa pelecehan seksual adalah tindakan yang tidak dapat di toleransi, maka korban akan berani untuk melapor,” kata dia.
BACA JUGA: 3 Trik Aplikasi Penghasil Uang Untuk Hasilkan Saldo EWallet Hingga Rp100.000
“Bisa memfasilitasi semua kasus-kasus yang ada di Bandung Barat. Khususnya kekerasan terhadap perempuan dan anak. Karena sebetulnya pusat pembelajaran keluarga ini bukan menangani kasus saja tapi memberi wawasan terhadap masyarakat karena ada sosialisasi ke kecamatan dan desa-desa,” tandasnya. (Wit)