Krisis Universitas Bandung: Mahasiswa Bersuara, Harapkan Mereda

“Beberapa dosen masih mengajar secara daring, dengan empati, tapi ini dimanfaatkan yayasan. Hanya ada tiga sampai empat dosen yang berusaha, tapi untuk jurusan kesehatan, perkuliahan secara daring tidak maksimal. Kami lebih butuh praktik,” ujarnya.

Taufan menambahkan, meski beberapa dosen masih berusaha, tidak sedikit yang memilih untuk tidak mengajar, kemungkinan karena kesibukan lain atau ketidakpuasan dengan kondisi yang ada.

BACA JUGA:Universitas Bandung Diduga Selewengkan Dana KIP Rp 4,9 M, Praktisi Hukum: APH Harus Segera Bertindak! 

“Ada beberapa dosen yang mata pencahariannya memang jadi dosen, tapi karena belum dibayar, mereka memilih untuk mogok,” imbuhnya.

Hal tersebut membuat sekitar 40 persen dosen di jurusan tersebut tidak aktif mengajar, sementara sebagian mahasiswa terpaksa mengikuti kuliah yang tidak teratur.

Menurut Taufan, ketidakhadiran dosen yang terlalu lama bahkan sempat memicu aksi demo oleh mahasiswa. “Kuliah jadi bolong-bolong, ada yang bisa belajar, ada yang tidak. Kami sempat demo karena merasa nasib pendidikan kami terancam,” katanya.

Meski merasa kesulitan, Taufan, yang merupakan mahasiswa gap year, merasa terjebak dalam dilema. Ia khawatir jika mengambil langkah salah, masa depannya akan terpengaruh.

“Saya takut salah langkah, tapi di sisi lain, kita juga enggak bisa diam saja melihat dosen yang haknya belum dipenuhi. Mereka adalah guru kita,” cetusnya.

Sementara hingga berita ini ditulis, Jabar Ekspres sudah berusaha menghubungi pihak yayasan. Namun Ketua Yayasan Bina Administrasi (YBA), Uce Karna Suganda belum memberi respon untuk keperluan wawancara.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan