JABAR EKSPRES – Pelatih baru Sporting Lisbon, Joao Pereira dipecat dari klub pasca beberapa pekan gantikan Ruben Amorim yang pindah ke Manchester United.
Kabarnya, manajemen Sporting tak puas dengan kinerja Pereira. Padahal, ia baru 8 kali memimpin pertandingan klub berjuluk The Green and Whites itu.
Pereira menjadi kambing hitam ketika penampilan Sporting merosot tajam sejak ditinggalkan Amorim. Klub yang bermarkas di Stadion José Alvalade itu sebelumnya memiliki catatan 100 persen di Liga Portugal musim ini, sebelum Pereira menjadi pelatih.
BACA JUGA:Amunisi Tambahan Jelang Melawat ke Solo, Persib Siap Lanjutkan Tren Kemenangan
Klub papan atas Liga Portugal itu turun dari puncak klasemen yang direbut Benfica, setelah imbang 0-0 melawan Gil Vicente akhir pekan lalu.
Sporting menelan kekalahan pada empat pertandingan pertama Liga Portugal dan Liga Champions bersama Pereira.
Tak ingin membuang waktu, manajemen langsung menunjuk Rui Borges menggantikan Pereira.
BACA JUGA:Selidiki Kematian Mahasiswi UPI yang Tewas di Gedung Gymnasium, Polisi Lakukan Ini
Saat melatih Vitoria Guimaraes, Borges pernah membawa klub finis di posisi kedua fase liga pada UEFA Conference League. Pengganti Pereira itu mengambil alih klub setelah mengundurkan diri dari perannya di Vitoria yang berada di posisi keenam klasemen.
Sporting membayar penyelesaian kontrak kepada Vitoria sebesar 4,1 juta euro untuk jasa pria berusia 43 tahun itu.
Bergabung sejak bulan Mei lalu, Borges mampu membimbing mereka ke babak sistem gugur Liga Konferensi. Bahkan di bawah asuhannya, Vitoria menyelesaikan babak penyisihan grup sebagai salah satu dari dua klub yang tidak terkalahkan bersama Chelsea dari Inggris.
BACA JUGA:Tak Menyerah, Juventus Masih Siap Bajak Joshua Zirkzee
Untuk diketahui, Joao Pereira bukan hanya seorang pemain, tetapi jiwa yang menjiwai filosofi Sporting CP. Bergabung pada 2013 setelah masa bakti di Valencia, ia segera menjelma menjadi salah satu bek paling dihormati di Portugal.
Dengan perpaduan kecepatan, daya juang, dan kemampuan bertahan yang tak kenal kompromi, Pereira menjadikan lini belakang Sporting CP sebagai tembok kokoh. Sebagai seorang pemimpin di lapangan, Pereira tak hanya bermain untuk kemenangan, tetapi juga untuk kehormatan lambang singa di dada.