CELIOS Peringatkan Ancaman Badai Sempurna Hantui Perekonomian Indonesia di 2025

JABAR EKSPRES – Direktur Eksekutif center of Economic and law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira memperingatkan adanya ancaman besar yang menghantui sejumlah sektor ekonomi Indonesia di tahun 2025 nanti.

Menurutnya, tahun 2025 diprediksi menjadi masa sulit bagi perekonomian Indonesia. Terlebih di sektor investasi dan ekspor. “Ekspor dan investasi bakal terdampak perang dagang yang meluas, bukan cuma AS-China tapi juga AS-Kanada, dan negara lain,” ujarnya, dikutip dari Disway, Kamis (26/12/2024).

Rendahnya harga komoditas ekspor saat ini dapat memperburuk situasi, sehingga tekanan terhadap sektor perdagangan luar negeri akan semakin berat.

Kondisi perekonomian global yang mengalami ketidakpastian ini, kata dia, akan mengalihkan fokus prekonomian ke pasar domestik. Untuk itu, pemerintah diharapkan dapat mendorong produksi dan konsumsi dalam negeri sebagai penopang pertumbuhan ekonomi.

BACA JUGA:KPK Larang Yasonna Laoly dan Hasto Kristiyanto Bepergian ke Luar Negeri!

“Kuncinya di pasar dan produksi domestik, memanfaatkan bonus demografi. Masalahnya perfect storm juga diakibatkan oleh kebijakan fiskal yang agresif menyasar masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah,” kata Bhima.

Sejumlah kebijakan fiskal seperti kenaikan PPN 12 persen, iuran Tapera, dan rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan. Akan mempengaruhi daya beli masyarakat di tahun 2025 ini.

Kondisi ini, kata Bhima, akan menjadi tantangan besar bagi ekonomi Indonesia. Sebab apabila konsumsi rumah tangga melemah dan tumbuh di bawah angka 5 persen, maka ekonomi domestik tidak akan mampu menjaga pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, pemerintah pun dihadapkan pada pilihan sulit, di antara menjaga daya beli masyarakat agar ekonomi tetap tumbuh di atas 5 persen atau melanjutkan kebijakan-kebijakan fiskal meskipun berdampak pada konsumsi domestik.

BACA JUGA:Puncak Libur Nataru, Garuda Indonesia Terbangkan 77.552 Penumpang

“Semua bergantung pada pemerintah. Apakah mereka mau memprioritaskan daya beli masyarakat atau mengorbankannya demi pelaksanaan program pemerintah,” tegas Bhima.

Di sisi lain, Ekonom Nailul Huda memperingatkan bahwa faktor eksternal akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin terbatas. Memburuknya perekonomian global dan faktor ekspor-impor, menjadi salah satu penyebabnya.

“Tensi di Timur Tengah dan ekonomi Eropa bisa membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih lambat lagi. Target pertumbuhan ekonomi 5 persen menjadi tidak relevan,” ujar Ekonom, sekaligus Direktur Ekonomi Digital CELIOS itu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan