Kisah Pilu Lembur Sawah, Tidur di Tenda Pengungsian Beralaskan Tikar

Pasalnya, ratusan warga sudah tidak mungkin kembali menempati rumahnya yang rusak akibat bencana pergeseran tanah yang suatu saat bisa mengancam keselamatannya jika terjadi bencana susulan.

Hal itu mengingat kondisi pergeseran tanah yang bergerak di lokasi pemukiman warga semakin meluas dan membahayakan keselamatan warga.

BACA JUGA: Atraksi Memukau dan Keceriaan Anak-anak Hiasi ‘Jawara Presisi Menyapa’ Polres Cimahi

“Sebagian besar warga saya di Lembur Sawah rumahnya rusak akibat pergeseran tanah. Tetapi tidak mungkin bertahan lama di tenda pengungsian dengan segala keterbatasan,” lirih Jama.

“Warga khawatir untuk kembali kerumah pasca bencana. Keselamatan jiwa mereka pun terancam, kondisi pergeseran tanah semakin meluas, ini berbeda dengan bencana banjir,” imbuhnya.

Jama mengaku, pihaknya sudah merumuskan dan mengusulkan solusi kepada Pemerintah Kabupaten Sukabumi untuk menghadirkan tempat relokasi di lahan seluas 5 hektare milik pemerintah desa.

BACA JUGA: Polisi Terapkan One Way Arah Jakarta di Puncak Bogor

Namun terkendala lantaran tanah tersebut kini tengah menjadi garapan mata pencaharian warga setempat. Pihak desa pun tengah berusaha mencari bantuan dana untuk membeli tanah, sebagai biaya ganti rugi untuk warga yang selama ini menggarap tanah desa.

“Dana yang dibutuhkan Rp200 juta untuk biaya ganti rugi lahan yang masih digarap warga. Rinciannya, 1 hektar tanah hanya dihargai Rp40 juta, jadi untuk 5 hektar dibutuhkan dana Rp200 juta rupiah, itupun ganti ruginya dibayar separuh harga,” terang Jama.

Melihat derita warga di tenda pengungsian, Ketua Tim PEKA PWI Kota Bogor, Yudi Irawan mengaku prihatin dan memantik semangatnya untuk kembali melawat ke lokasi tersebut menyalurkan bantuan yang dibutuhkan.

BACA JUGA: Nikmati Coffee, Dimsum, dan Steak Terbaik di SIMCHA dan GoSteak Lengkong

Ia menjelaskan, bahwa warga yang berada di tenda pengungsian, agak sulit beraktivitas keluar tenda mengingat kondisi akses jalan yang terbilang ekstrem untuk dilalui karena becek dan berlumpur.

Menurutnya, selain kepastian relokasi dan tambahan tenaga medis, saat ini warga membutuhkan trauma hiling agar anak-anak yang berada di tenda pengungsian tidak jenuh.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan