JABAR EKSPRES – Kota Bandung berupaya menjadi Kota Layak Anak (KLA), tetapi berbagai tantangan besar masih menghambat pencapaian tersebut. Masih banyak pekerjaan rumah yang belum terselesaikan.
Forum Anak Kota Bandung (Fokab) yang menggelar kegiatan capacity building pada 16 Desember 2024 di Cipaku Garden Hotel menunjukkan komitmen untuk memperkuat peran anak dalam pembangunan kota. Meskipun telah meraih predikat KLA kategori Pratama pada 2023, kenyataannya, partisipasi anak dalam kebijakan kota masih terbatas.
Bandung, meskipun memperoleh penghargaan Kota Layak Anak kategori Pratama, masih menghadapi ketimpangan yang signifikan. Dalam bidang pendidikan, akses dan kualitas pendidikan di kawasan pinggiran kota masih kurang merata.
BACA JUGA: DSDABM Kota Bandung Optimis, Proyek Pengerjaan Kolam Retensi Gedebage Rampung di Akhir Tahun 2024
Data Dinas Kesehatan Kota Bandung menunjukkan, lebih dari 10 persen anak di beberapa kecamatan mengalami stunting, masalah gizi yang berdampak pada tumbuh kembang mereka.
Bunda Forum Anak Kota Bandung, Mintarsih Koswara, menegaskan pentingnya peran anak dalam pembangunan. “Anak-anak bukan hanya penerus generasi, tetapi juga entitas yang memberikan kontribusi nyata dalam membangun kota,” kata Mintarsih dalam acara tersebut.
Namun, meski Forum Anak memberikan ruang bagi anak untuk menyampaikan aspirasi, pengaruhnya terhadap kebijakan publik masih minim.
Isu perlindungan anak di Bandung juga belum sepenuhnya teratasi. Kasus kekerasan terhadap anak, baik fisik maupun seksual, masih tinggi, meskipun berbagai kampanye telah digalakkan.
Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pada 2023, kasus kekerasan terhadap anak di Bandung tercatat cukup mengkhawatirkan, menunjukkan adanya kekurangan dalam implementasi kebijakan perlindungan yang lebih tegas.
Surabaya sebagai Pembanding
Sebagai perbandingan, Kota Surabaya, yang memperoleh status KLA kategori Utama, menunjukkan keberhasilan dalam mengintegrasikan suara anak dalam kebijakan.
Surabaya melibatkan anak-anak dalam merancang kebijakan kota yang mencakup pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial. Keberhasilan ini membuktikan bahwa partisipasi anak yang terstruktur dan berdampak langsung pada kebijakan pembangunan sangat penting.
Meski begitu, keberhasilan Bandung dalam menciptakan Kota Layak Anak memerlukan lebih dari sekadar forum diskusi. Diperlukan kebijakan yang lebih merata, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu.