Jabar Ekspres – Hujan yang mengguyur Kabupaten Bandung Barat (KBB), sejak beberapa pekan terakhir membuat sejumlah petani di Kecamatan Lembang, khawatir tanaman sayur yang ditanam terancam gagal panen.
Mereka cemas gagal panen karena kondisi cuaca bakal mengurangi pasokan nutrisi sinar matahari serta kerap menyuburkan hama. Upaya pengendalian hama dan penyakit pun sulit dilakukan karena membutuhkan biaya besar.
“Sekarang cuaca ekstrem terus terusan. Musim hujan agak rawan, tanaman cabai rawan terserang patek, terus kalau tomat bisa kehitam-hitaman warnanya.
Pengobatan untuk virus dan jamur harus full,” kata Arin Sugianto, 43, petani di Desa Langensari Lembang, Senin (9/12/2024).
BACA JUGA: Cek Daftar Pemenang Undian Pajak Daerah Kota Banjar di Sini! Apa Hadiahnya?
Menurutnya, jika pengobatan tidak maksimal bisa mengancam tanaman menjadi rusak apalagi kalau hujan turun sehari semalam. Oleh karena itu, satu-satunya cara agar tanaman bisa tertolong yaitu dengan rutin menyemprotkan obat.
“Fungi dan insektisida baik tepung maupun cair harus lebih diintensifkan. Misal kalau biasanya dua minggu sekali sekarang jadi 2 kali sehari dengan disemprot,” bebernya.
Ia menuturkan, tanaman lain yang rentan rusak saat musim hujan adalah lettuce dan selada keriting. Dari pengakuan beberapa rekan sesama petani, banyak petani yang gigit jari karena hasil panennya berkurang dampak paparan hujan yang berlebihan.
“Kalau saya agak mendingan, kalau tetangga dan teman sesama petani sudah pada mengeluh karena banyak tamanan menjadi busuk terutama sayuran jenis dedaunan,” ujarnya.
Arin menanam tomat ceri dan cabai di lahan dengan luas 200 meter persegi dengan perhitungan waktu panen sekitar bulan Januari 2025.
“Untuk harga tak menentu, fluktuatif. Tapi biasanya kalau musim hujan seperti sekarang harga-harga sayuran naik karena banyak gagal panen, apalagi sekarang jelang hari Natal dan Tahun Baru,” lanjutnya.
Saepulloh, petani lainnya mengatakan, banyaknya tanaman yang rusak menjadikan para petani gagal memanen. Fenomena seperti ini terus berulang setiap tahun tanpa ada solusi sehingga pihak yang dirugikan adalah petani.
“Pemupukan dan obat-obatan harus lebih rutin di musim hujan, kalau mau hasil bagus mesti perawatan khusus. Sedangkan di sisi lain harga obat dan pestisida mahal, jadi pusing bagi petani kecil seperti kami,” tandasnya. (Wit)