JABAR EKSPRES – Masalah banjir yang kerap melanda sejumlah wilayah di Kota Bandung terus menjadi sorotan. Tidak hanya menyebabkan kerugian material, banjir juga memicu perdebatan di kalangan warga mengenai penyebab dan solusi yang harus diambil.
Dalam wawancara dengan beberapa warga di Kota Bandung, berbagai pendapat muncul, mulai dari peran pemerintah, masalah drainase, hingga kesadaran masyarakat. Misalnya Anggi Permani (28), pedagang di Pasar Gedebage, memiliki sudut pandang berbeda. Ia menyoroti persoalan infrastruktur di wilayah pasar.
“Selokan di tiap wilayah Pasar Gedebage harus diperbaiki juga. Kolam retensi yang ada tetap banjir. Kalau berpengaruh mah, ya, kan gak banjir. Tapi sekarang kan lagi ada pembuatan kolam retensi baru, kita lihat aja nanti, berfungsi enggak,” kata Anggi kepada Jabar Ekspres, Kamis (5/11).
Menurut Anggi, dampak banjir sangat terasa di kalangan pedagang karena aktivitas jual-beli menjadi terhenti. “Kalau banjir, otomatis mati total. Gak ada yang belanja. Kita pedagang sering kerja bakti bersihin sampah yang nyumbat selokan. Selokan kecil sekali. Masalah sampah juga, pengolahan dan pengangkutan dari pemerintah harus diawasi.”
BACA JUGA: Pertikaian Pelajar 2 SMK di Bandung Barat, Satu Orang Tewas
Meski pendapat berbeda, baik Dani maupun Anggi sepakat bahwa pemerintah perlu mengambil langkah nyata dalam menangani banjir. Infrastruktur drainase dan pengelolaan sampah menjadi fokus utama yang diusulkan keduanya. Di sisi lain, peran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan juga dianggap penting untuk meminimalkan risiko banjir.
Masalah banjir di Bandung bukan hanya soal air yang menggenang, melainkan cerminan kompleksitas hubungan antara pemerintah, masyarakat, dan infrastruktur kota. Perlu ada kerja sama semua pihak untuk mencari solusi berkelanjutan agar banjir tidak lagi menjadi “langganan” warga setiap musim hujan.
Namun dirinya menolak jika banjir sepenuhnya disalahkan pada kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan. “Kami sering mengurus sampah, bayar iuran juga. Tapi pengangkutan sampah di pasar ini bermasalah. Kalau seperti ini terus, selokan harus dibenahi lebih serius,” tegasnya.
Sementara itu, Dani Lukman (40), pedagang toko kelontong menilai bahwa banjir terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan.