Meski demikian, kolam tersebut belum mampu sepenuhnya mengatasi aliran air yang kerap melimpas ke jalanan. “Sekarang bikin kolam retensi lagi. Kolam sebelumnya juga enggak berpengaruh. Hanya membuat cepat surut ketika banjir,” kritisi Angga.
Pakar Perencanaan Wilayah Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Nat Nandi menilai, upaya Pemkot Bandung dalam menyelesaikan masalah bajir cenderung program jangka panjang yang lebih bersifat generik. Padahal kata Nandi, upaya tersebut menimbulkan kekeliruan.
“Fokus yang mereka (pemkot) gunakan bukanlah upaya penanganan suatu masalah secara spesifik. Sehingga menjadikan program yang dicanangkan pemerintah menjadi tidak efektif,” ujar Nandi kepada Jabar Ekspres, Senin (2/12).
Menurutnya, masalah banjir di Kota Bandung disebabkan oleh alih fungsi lahan yang masif dilakukan di area perbukitan. Sehingga, lanjut dia, daya dukung lingkungan semakin berkurang akibat pembangunan yang tidak mengedepankan keseimbangan lingkungan.
“Hal ini tentunya menyebabkan penyerapan air di daerah perbukitan menjadi tidak maksimal. Dan penyerapan air di daerah pemukiman sawah yang kini banyak terbangun rumah hunian enggak berjalan semestinya,” katanya.
Maka dari itu, Nandi meminta Pemkot Bandung agar bisa menerapkan regulasi yang fokus pada sisi menjaga alam dan lingkungan. Sementara itu menurut Nandi, daya dukung lingkungan yang semakin berkurang menjadi biang kerok banjir di Kota Bandung.
“Pemerintah itu perannya strategis. Atur sebuah kebijakan yang berfokus pada sisi menjaga lingkungan dan alam. Perlu dicatat, realisasinya juga harus dibarengi ketegasan dari pemangku kepentingan. Jangan hanya pengesahan secara simbolis saja,” tegasnya.
“Libatkan juga komunitas, media, hingga akademisi. Ini kan untuk Bandung yang lebih baik. Karena saya lihat, pembangunan yang dilakukan untuk menanggulangi permasalahan banjir ini kurang efektif,” sarannya.
Manajer Advokasi dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jabar, Hannah menyebutkan, bahwa banjir yang terjadi di Kota Bandung terdampak dari pembangunan di kawasan utara.
Hannah menjelaskan, perubahan tata ruang di wilayah Bandung Utara yang semakin disalahgunakan, berimbas langsung terhadap lingkungan di bawahnya, termasuk Kota Bandung.
“Masalah banjir di Kota Bandung tidak bisa dilepaskan dari kondisi di kawasan penyangga, yaitu Bandung Utara,” jelas Hannah kepada Jabar Ekspres, Senin (2/12).