Grey Art Gallery x Ourchetype Hadirkan Pameran “Pustaka Cita”: Jelajah Pencarian Jati Diri

BANDUNG- GREY Art Gallery berkolaborasi dengan Ourchetype mempersembahkan pameran interaktif bertajuk “Pustaka Cita” dipenghujung akhir tahun ini. Menawarkan pengalaman kepada pengunjung untuk dapat menjelajahi personalitynya melalui kacamata sejarah.

Mengangkat tema konsep psikologi dari Carl G. Jung tentang arketipe. Pameran Pustaka Cita ini mengantarkan pengunjung bertualang ke masa lalu, melihat proyeksi diri dalam arsitektur kuno Braga.

Arketipe adalah pola dasar atau model universal yang menjadi landasan perilaku, karakter, atau ide yang hadir dalam pikiran manusia dan budaya secara kolektif.

Baca juga : Grey Art Gallery Bandung Ajak Eksplorasi Estetika, Filsafat, dan Spiritualitas dengan 3 Pameran Sekaligus Bertema “Reimmaginare Renaissance”

Konsep ini, diperkenalkan oleh Carl Jung dalam psikologi sebagai bagian dari tak sadar kolektif, mencakup peran atau gambaran universal seperti “pahlawan,” “ibu,” atau “orang bijak.”

Arketipe mencerminkan tema mendasar yang relevan dengan kemanusiaan, membantu memahami diri sendiri, serta menjembatani pengalaman antarindividu dan budaya, dengan makna mendalam dalam seni, sastra, dan tradisi.

Pengunjung akan diajak menyapa kembali dirinya sekaligus dengan konsep arketipe melalui media-media interaktif yang menggabungkan physical & digital experience.

Arketipe Carl Jung memberikan kerangka untuk memahami bagaimana pola-pola universal dalam ketidaksadaran kolektif terhubung dengan dinamika sosial, budaya, dan psikologis masyarakat.

Dengan memahami arketipe, kita dapat mengeksplorasi akar perilaku manusia, konflik sosial, dan bagaimana masyarakat bertransformasi melalui narasi yang terus berkembang.

Baca juga : GREY Art Gallery Mempersembahkan Pameran Bertajuk ‘Bandung Painting Today’

Pameran ini tidak hanya menyajikan instalasi yang memanjakan mata, tapi akan mendengarkan pengunjung melalui tanya-jawab.

General Manager Grey Art Gallery Angga Aditya Atmadilaga mengatakan, Pameran ini mengedepankan konsep desain yang dinamis, dimana pengalaman pengunjung menjadi bagian utama dari karya seni, mengalihkan fokus dari seniman kepada interaksi individu dan kolektif para peserta.

“Biasanya Grey cukup dominan dengan karya-karya yang sifatnya satu arah, di sini tuh justru teman-teman itu berhadapan dengan karya yang merunut dari awal sampai akhir. Karya-karyanya tidak berdiri sendiri tapi mereka itu menawarkan sebuah pertanyaan yang bisa teman-teman respon,” ujar Angga di Grey Art Gallery, Jumat (29/11/2024).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan