Muhammad Reihan Zulfikar: Pejuang Demokrasi di Usia Muda

Muhammad Reihan Zulfikar (22), seorang anak muda penuh semangat yang sehari-harinya bekerja sebagai driver ojek online, telah berpulang pada malam 28 November 2024. Ia adalah anak ketiga dari lima bersaudara, sosok yang dikenal pekerja keras, tangguh, dan selalu siap membantu, terutama dalam tugasnya sebagai anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) untuk Pilwalkot tahun ini.

Muhamad Nizar, Jabar Ekspres.

Di usia yang masih muda, Reihan menunjukkan dedikasi luar biasa dalam menjalankan tugas-tugas demokrasi. Sejak 21 November, ia aktif terlibat dalam berbagai persiapan Pilkada, mulai dari hujan-hujanan hingga lembur demi memastikan kelancaran pesta demokrasi.

Rekan-rekannya di TPS 21 Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, mengenalnya sebagai pribadi yang tak pernah mengeluh dan selalu menjadi garda terdepan ketika dibutuhkan. Ia bahkan turut membantu rekan KPPS lain yang membutuhkan back-up, meskipun tanggung jawabnya sebagai petugas Sistem Informasi Rekapitulasi Elektronik (Sirekap) sudah cukup besar.

Namun, semangatnya yang luar biasa akhirnya harus menyerah pada kondisi fisiknya. Reihan pulang ke rumah pada malam setelah hari pemungutan suara dalam keadaan lemas setelah kehujanan. Tak ada keluhan sakit sebelumnya, hanya keinginan sederhana: tidur. “Tunduh,” katanya kepada keluarganya, menjadi ucapan terakhirnya sebelum berpulang.

BACA JUGA:Tingkatkan Kesiapan Daerah Terhadap Ancaman Bencana, BNPB Salurkan Bantuan Rp5,5 M untuk Jawa Barat

Dia Sehat, Tidak Ada Riwayat Penyakit

Kabar duka tersebut tentu menyisakan luka mendalam bagi keluarga, khususnya sang ayah, Sudrajat (53). Saat ditemui Jabar Ekspres di rumah duka, pada Jumat (29/11) sore, Sudrajat mengungkapkan kebanggaannya sekaligus kesedihannya atas kepergian sang anak.

“Dia sangat aktif. Di jam-jam terakhirnya, masih sempat upload. Kalau dirinya sakit atau punya riwayat penyakit, nggak akan saya kasih izin. Tapi ini dia sehat,” ujar Sudrajat. “Dia mulai tanggal 21 November itu sudah aktif, hujan-hujanan dan berkegiatan menjelang Pilwalkot. Pas hari H sudah beres, almarhum sudah lemes. Pulang, iya itu, kehujanan.”

Kepergian Reihan mengingatkan publik akan beban berat yang harus ditanggung para petugas pemilu. Dalam suasana penuh emosi, Sudrajat juga menitipkan harapannya kepada para pemangku kebijakan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan