Meskipun ada beberapa program unggulan yang relevan, seperti pengembangan gallery pusat bisnis UMKM, penjelasan mengenai potensi pendapatan daerah yang dapat digali masih kurang jelas.
Paslon nomor urut dua menarik perhatian karena konsistensinya dalam mengusung ide ekonomi kerakyatan dan perlindungan terhadap kelompok usaha kecil, serta digitalisasi pasar.
Sementara paslon nomor urut tiga menunjukkan penampilan yang lebih baik dari debat sebelumnya dengan menguraikan program unggulan dalam tiga gagasan besar yakni ekonomi, sosial, dan budaya.
“Namun, kritik juga ditujukan kepada paslon ini terkait dengan akses pasar dan promosi produk agro pertanian yang belum jelas,” kata Sulyanati.
BACA JUGA: PLN Icon Plus Hadirkan Inovasi Masa Depan ICONNEXT dalam Ajang Electricity Connect 2024
Sementara paslon nomor urut empat menguraikan program unggulan 100 hari kerja dengan lebih terperinci, mencakup tata kelola birokrasi dan jaminan sembako dengan harga terjangkau.
“Program-program ini diapresiasi karena lebih realistis dan mudah direalisasikan. Namun, Sulyanati juga menekankan bahwa tidak ada paslon yang menawarkan gagasan konkret mengenai wajah Kota Banjar, termasuk perbaikan kondisi alun-alun dan taman kota yang kumuh,” jelasnya.
Dalam sesi debat, semua paslon tampak berimbang dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Namun, Sulyanati menyoroti pentingnya kearifan lokal dan ideologi bangsa yang tidak banyak dibahas oleh para kandidat. Dia menyesalkan bahwa tidak ada paslon yang menekankan pentingnya Pancasila sebagai dasar ideologi kebangsaan.
“Saya menilai bahwa paslon satu tetap stabil dengan pengalaman yang dimilikinya, paslon dua dengan kesederhanaannya, paslon tiga tampil lebih baik dan sistematis, dan paslon empat menunjukkan penguasaan di bidang spesifik. Dengan catatan-catatan kritis yang telah disampaikan, diharapkan publik pemilih Kota Banjar dapat lebih bijak dalam menentukan pilihan mereka,” tutupnya. (CEP)