Menjadi KTT pertama yang diikuti sejak dilantik sebagai Kepala Negara Indonesia pada 20 Oktober lalu, Presiden Prabowo turut menyampaikan pidato kunci APEC CEO Summit 2024.
Presiden menyampaikan komitmen Indonesia untuk terus memperkuat kolaborasi, sinergi, komunikasi, dan diplomasi demi menjaga keberlanjutan global dan menciptakan masa depan yang lebih baik lagi bagi kesejahteraan seluruh rakyat.
Prabowo turut mengajak para pemimpin negara sahabat agar lebih bijaksana dan akomodatif dalam memanfaatkan inovasi teknologi dan digital. Langka itu tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga demi memperkokoh stabilitas kawasan dan menjaga perdamaian dunia.
Senada, Menteri Luar Negeri Sugiono pada forum AMM APEC, mengatakan Asia-Pasifik menghadapi paradoks karena di saat kawasan menjadi rumah bagi beberapa ekonomi digital dan pusat inovasi paling maju di dunia, namun di kawasan ini juga terdapat kesenjangan digital besar yang mengancam untuk meninggalkan jutaan orang.
Sugiono mengajak para pemimpin di kawasan untuk meningkatkan keterampilan dan melatih kembali sumber daya manusia yang akan memastikan bahwa kelompok yang rentan dan terpinggirkan dapat mengakses peluang di ekonomi formal.
Memaksimalkan potensi ekonomi digital
Besarnya jumlah penduduk dan peranan Asia-Pasifik terhadap dunia menunjukkan bahwa kawasan ini memiliki potensi besar untuk memimpin inovasi digital.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies Nailul Huda menyampaikan KTT APEC seharusnya dapat digunakan untuk mengejar pembahasan mengenai pembagian keuntungan dari perusahaan digital global kepada negara asal dan negara di mana dia beroperasi.
Pembahasan mengenai pajak digital menurutnya menjadi relevan dibicarakan. Sudah saatnya pembahasan mengenai perpajakan bagi perusahaan digital global menjadi satu poin lain yang perlu dikemukakan dalam upaya memaksimalkan potensi ekonomi digital di kawasan.
Indonesia bisa membidik negara-negara maju seperti Amerika dan Kanada yang terkenal dengan keberhasilan dalam mengembangkan kecerdasan buatan, mesin pembelajaran, hingga teknologi finansial, untuk membantu meningkatkan inovasi digital.
Akan tetapi, sebelum mencapai kerja sama tersebut, kesenjangan digital menjadi tantangan utama yang harus diatasi secara bersama-sama. Negara-negara di kawasan bisa saja menyepakati banyak kerja sama, namun jika tidak ada inklusivitas, ekonomi digital hanya akan menguntungkan negara dengan modal internet yang kuat.