Hal tersebut diutarakan oleh Reni Suwarso dari Universitas Indonesia, salah satu peneliti riset dalam proyek CARP ini. Menurutnya proyek ini melibatkan tiga percontohan utama.
“Jadi ini proyek kita sudah membangun tiga percontohan, satu tadi sudah dilihat TPS3R dengan ekonomi sirkular di Desa Padamukti dan di Desa Cibodas ada dua proyek ekowisata berbasis air dan toilet daur ulang. Ini juga untuk menciptakan kesejahteraan secara inklusif dan kesetaraan gender,” katanya.
Reni juga menambahkan, untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan penting untuk memahami konteks lokal dan melibatkan masyarakat secara aktif.
“Kami menggunakan pendekatan ‘place with touch’, yang berarti model ini harus disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Kami tidak bisa sekadar menyalin dan menempelkan solusi yang sama di tempat lain tanpa mempertimbangkan kondisi dan tantangan setempat,” tambahnya.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam proyek ini adalah kurangnya keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Reni menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, media, dan sektor bisnis dalam menyelesaikan masalah ini.
“Kami menyebutnya pentahelix, tanpa keterlibatan semua elemen ini, perubahan yang diinginkan sulit tercapai,” ungkapnya.
Reni berharap dengan proyek CARP dapat memberikan dampak positif yang luas, tidak hanya dalam pengelolaan limbah, tetapi juga dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkuat perekonomian lokal.
“Kami telah melihat perubahan yang luar biasa di masyarakat desa sejak kami mulai bekerja di sini. Masyarakat kini lebih antusias dan percaya diri dalam mengelola limbah mereka, yang sebelumnya merupakan tantangan besar,” pungkasnya.