JABAR EKSPRES – Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat (BPS Jabar), melaporkan untuk tingkat pengangguran terbuka berdasarkan pendidikan terakhir, hingga kini masih didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK.
Bahakan berdasarkan data yang dilihat, hingga bulan Februari 2024 kemarin, BPS Jabar mencatat untuk tingkat pengangguran terbuka dari lulusan SMK telah mencapai 12,33 persen.
Menanggapi hal ini, Penjabat (Pj) Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin mengklaim bahwa pemerintah akan terus mencari Link and Match dengan industri agar pengangguran dari lulusan SMK tersebut dapat tersalurkan.
“Karena memang harus diakui, sekarang (lulusan SMK) banyak yang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan Industri. Jadi ini akan terus kami carikan Link and Match nya seperti apa,” ujarnya saat ditemui di Gedung Merdeka, Kota Bandung, Kamis (14/11).
Selain mencari Link and Match, Bey mengaku pemerintah juga akan terus berkoordinasi bersama Assosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) untuk terus mencari solusi dalam menyalurkan lulusan SMK tersebut.
“Kami berharap (Apindo) agar bisa lebih banyak lagi kerjasama antara SMK dengan perusahaan-perusahaan yang bisa membantu agar nanti tingkat pengangguran lulusan SMK ini tidak tinggi dan minimal bisa tersalurkan semuanya,” imbuhnya.
Di sisi lain, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jabar Arief Nadjemudin tak menampik bahwa pengangguran dari lulusan SMK hingga kini masih menjadi penyumbang terbanyak.
Bahkan Arif menyampaikan, berdasarkan data BPS hingga Agustus 2024 kemarin dari 1,7 juta orang tingkat pengangguran terbuka di Jabar, 12 persen diantaranya dari lulusan SMK.
BACA JUGA:Adu Kekuatan Legenda Tinju Dunia, Tyson: Saya akan Baik-baik Saja!
“Tapi memang dibanding Agustus 2023, ini mengalami penurunan sekitar 120 ribu orang,” ujarnya.
Meski begitu, Arif menuturkan pihaknya akan terus berupaya mencari cara agar tingkat penganggur terbuka di Jabar khususnya dari lulusan SMK dapat terus mengalami penurunan.
“Karena permasalahannya terkait supply and demand. Jadi kita akan terus berkolaborasi dengan dinas pendidikan (disdik), kemudian dengan industri untuk melihat kompetensi apa yang dibutuhkan industri. Nanti kita kaitkan kurikulum dengan yang ada di SMK,” katanya.