JABAR EKSPRES – Belasan ton ikan mati mendadak di Keramba Jaring Apung (KJA) Waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Fenomena kematian massal ikan itu diduga disebabkan upwelling dan cuaca ekstrem.
Akibatnya petani di KJA Waduk Saguling mengalami kerugian besar. Pasalnya ikan-ikan yang siap dipanen tersebut mendadak mati.
Zenal Abidin (46), peternak KJA asal Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Bandung Barat, mengatakan, kematian ikan di KJA Waduk Saguling sudah terjadi sejak enam hari lalu. Puncaknya, Sabtu (3/11/2024) kemarin.
BACA JUGA:Honda Sport Motoshow 2024 Hadir di Bandung dengan Aktivitas dan Promo Spesial
“Intensitas kematian paling terjadi kemarin dengan total ikan mati mencapai 15 ton,” kata Zenal saat dikonfirmasi, Minggu (4/11/2024).
Menurut Zenal, tak hanya KJA miliknya saja yang mengalami kematian massal ikan. Tapi juga terjadi di sejumlah wilayah perairan Waduk Saguling. Mulai dari blok Ugrem, Bongas, Maroko, hingga Bunder.
“Dari seluruh petani di blok Ugrem angka kematian capai 15 ton. Itu belum jumlah kematian hari-hari sebelumnya serta blok perairan lainnya,” katanya.
BACA JUGA:Anggota DPRD Jabar Zaini Shofari Ikut Apresiasi Pembentukan Satgas Judi Online oleh Kapolri
Untuk menghindari kerugian besar akibat kejadian ini, para petani KJA terpaksa melakukan panen dini terhadap ternak ikan yang masih hidup.
Mereka, lanjut dia, menjual ikan tersebut dengan harga di bawah pasaran dengan harapan bisa sedikit mengurangi ongkos produksi ternak.
“Dari pada rugi besar mending dijual dengan harga murah. Jadi kalau normal ikan mas Rp22-25 ribu per kilogram, kalau kondisi seperti ini bisa dijual Rp15-7 ribu,” jelas Zenal.
Ia menambahkan, peristiwa kematian ternak ikan KJA Saguling merupakan fenomena alam tahunan yang terjadi akibat perubahan cuaca dari musim panas ke musim hujan.
BACA JUGA:Jadwal Pencairan Bansos PKH November 2024, Kapan Cair? Ini Informasi Lengkapnya
Petani biasanya dapat mengantisipasi kerugian dengan mencegah tebar benih saat memasuki perubahan musim. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, kondisi peralihan musim kerap tak bisa diprediksi sehingga para petani tak tau kapan peristiwa kematian ikan terjadi.