Orang-Orang Binong dan Cerita-Cerita yang Dijahit dari Kampung Wisata Rajutnya

Moal Pareum Obor!

Seorang pekerja tengah merapikan hasil rajutannya di salah satu rumah produksi Kampung Rajut Binong, Kota Bandung. (Nizar/Jabar Ekspres)

Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Kecamatan Binong, Denny Prasetya (51) melihat kampung wisata muncul sebagai jawaban dari keresahan. Resah atas profesi dan pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, terpenting adalah banyak perubahan yang terjadi. Bukan semata-mata perihal kerja-kerja merajut kain setiap hari.

“Paling penting, perubahan perilaku masyarakat sudah berubah. Dengan adanya pengunjung ada perubahan-perubahan. Terus kerja sama antar pelaku jadi lebih tumbuh. Tenaga kerja dan membuka peluang usaha. Walaupun sudah mulai ada mesin-mesin besar, tapi lebih banyak perubahan warga,” ungkap Denny kepada Jabar Ekspres, Kamis (31/10).

Bertahan selama bertahun-tahun, kawasan industri kain rajut tersebut bahkan mengalami regenerasi. Kini ada lebih dari 400 perajin kain rajut melakukan kerja-kerja ini. Saat ditanya mengapa industri rajut ini masih juga bertahan sejak 1960-an, secara puitis, Denny menyebutkan bahwa semua itu berangkat dari hati.

“Ini perihal hati. Dari sisi ekonomi memang bisa menghidupi. Sekarang penerus perajin adalah generasi ketiga. Diwariskan. Anak-anak muda mewarisi. Kalau di Binong, peluang kerja di sana selalu ada. Peluang kerja rajut. Moal pareum obor (obor tidak akan mati),” tegasnya sembari tersenyum.

Perajin kain rajut dengan telaten memotong bagian hasil rajutan di rumah produksi Kampung Rajut Binong, Kota Bandung. (Nizar/Jabar Ekspres)

Perbedaan tiap generasi justru menjadi peluang untuk tumbuh lagi. “Ada pasti kendala apalagi sekarang generasi beda. Dari sisi kenyamanan dan banyak juga yang tidak melirik rajut jadi opsi pekerjaan. Tapi sekarang, kan, era digitalisasi. Nah anak muda sering membantu pemasaran,” ucap Denny.

Perhatian Kampung Rajut Binong

Pengamat ekonomi dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Bayu Kharisma menyebutkan, terdapat sejumlah tantangan yang harus diselesaikan Kampung Wisata Rajut Binong guna dapat terus bertahan. Baik itu meningkatkan angka kunjungan wisatawan maupun menggencarkan geliat perekonomian.

Dirinya menyayangkan apabila perhatian itu tidak diberikan pemerintah setempat. Padahal dapat meningkatkan jumlah wisatawan serta potensi ekonomi masyarakat. “Jelas peran pemerintah daerah harus menjaga kelestarian. Wisata daerah harus tetap dipertahankan,” ungkap Bayu kepada Jabar Ekspres, Kamis (31/10).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan