Orang-Orang Binong dan Cerita-Cerita yang Dijahit dari Kampung Wisata Rajutnya

Bukan sekadar area shopping village atau sekadar belanja di kampung lagi, tetapi kawasan industri mereka kini menjelma sebagai kampung wisata. Beragam paket ditawarkan para tamu. Potensi rajut yang seolah-olah berhasil ‘merajut’ ekonomi sektor-sektor baru.

“Kami berlomba-lomba membaguskan wilayah kita. Ada kegiatan juga seperti workshop rajut, shopping village, lalu adapula ‘welcome drink’ Teh Tenong alias teh telang Binong. Jadi bukan dari potensi rajut semata, kami berusaha membuka (potensi ekonomi) semua,” imbuhnya.

Selain itu, para tamu pun bisa merasakan paket wisata life in Kampung Wisata Rajut Binong.Tamu berkesempatan menginap selama tiga hari, dua malam. Setiap hari para tamu dapat belajar bahasa dan budaya. Eka menuturkan, hal inipula yang sempat dialami seorang wisatawan dari Prancis, beberapa waktu lalu. Bahkan belajar kebudayaan perihal pencak silat.

“Belajar kehidupan kampung, kang. Ada juga yang sengaja staycation. Biasanya tamu itu sengaja liburan saja di Kampung Wisata Rajut Binong. Jadi mulai dari rajut dulu, karena potensi utama, ya, dari rajut. Tamu itu butuh makan? Ada. Penginapan? Ada homestay. Pengin yang lain wisata seni budaya? Ada. Kami ada juga pelatihan kecapi hingga belajar jaipong,” bebernya.

Dengan kampung wisata, Eka mengharapkan kalau itu semua mampu memberikan nilai yang bermanfaat bagi masyarakat. Potensi ekonomi sekecil apapun selalu diupayakan agar lebih bergeliat lagi. Termasuk pemanfaatan melalui ekonomi digital. Orang-orang dari luar daerah mungkin bakal kesulitan apabila potensi ekonomi Kampung Rajut Binong tidak disebarkan dalam media sosial.

“Dengan tidak adanya digitalisasi. Mungkin tidak akan ada yang melihat. Apalagi kami, kan, lokasinya hidden gem. Dari segi pembayaran QRIS pun sudah mulai. Tamu sekarang banyak yang ingin bayar transaksi. Easy to buy. Kalau tidak begitu, kita seperti tidak mengikuti (perkembangan). Warga mayoritas Qris,” ucapnya sambil tertawa.

Menurutnya potensi ekonomi Kampung mereka memang dimulai dari rajut. Namun bagaimana caranya tamu bisa berlama-lama di sini. Di Kampung Rajut Binong. Tantangan. “Berarti harus banyak yang disiapkan. Akomodasi, digitalisasi, fasilitas, aksesibilitas, misal perlu kendaraan, sewa ini atau itu. Pokoknya bagaimana caranya kami memberi pelayanan paling prima. Jadi bukan hanya belanja wisata saja,” tegas Eka.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan