Orang-Orang Binong dan Cerita-Cerita yang Dijahit dari Kampung Wisata Rajutnya

Beberapa puluh menit pun berlalu. Ada wisatawan yang mampu menyelesaikan rajutannya, adapula yang memilih untuk membawa pulang dan dijadikan pekerjaan rumah. Seorang siswa bernama Loges Waren (13) merupakan salah satu yang berhasil membuat rajutan miliknya. Dia ikatkan di pergelangan tangan dan memperlihatkan kepada guru serta teman-teman sekelasnya.

Merajut adalah sesuatu yang sulit bagi Loges. Orang dengan niat merajut, menurutnya mesti mempunyai modal sabar sebanyak-banyaknya. “Susah banget. Harus memiliki kesabaran yang banyak dan harus proaktif. Tapi justru itu yang bikin lebih semangat merajut tadi, karena gagal melulu,” terangnya.

Dari Gober ke Tour Guide

Seorang tour guide Kampung Wisata Rajut Binong, Wawan, saat mendampingi kunjungan wisata. (Nizar/Jabar Ekspres)
Seorang tour guide Kampung Wisata Rajut Binong, Wawan, saat mendampingi kunjungan wisata. (Nizar/Jabar Ekspres)

“Kelompok Pak Wawan di sini. Sama Pak Wawan ke sini, kumpul!” seru anak-anak berusia belasan tahun yang baru saja selesai menjalani pelatihan merajut sederhana. Hasil rajutannya mereka pakaikan di pergelangan tangan. Sebuah gelang rajutan. Rajutan sederhana nan berkesan.

Mereka sudah berbaris sedari tadi di depan aula. Menanti seorang pemandu wisata untuk memulai petualangan kedua. Wawan, pemandu wisata yang dielu-elukan tersebut hanya memberi senyum saat namanya disebut-sebut. Dua tahun sudah pria paruh baya itu bergabung dengan kelompok sadar wisata (pokdarwis) dan menjalani kesibukan baru sebagai bagian Kampung Wisata Rajut Binong.

Kendati demikian, Wawan tetap tidak meninggalkan tugasnya sebagai sebagai petugas kebersihan atau satuan gober (gorong-gorong bersih) tingkat kelurahan. Bahkan saat menjalankan tugas sebagai tour guide, dirinya enggan melupakan tugas utama. Sekalipun harus bersih-bersih di tengah-tengah pengunjung wisata.

Dirinya menjelaskan bahwa kunjungan wisata kali ini berkenaan tentang belajar merajut. Setelah workshop selesai, Wawan dengan antusias langsung memperkenalkan para wisatawan pada ruang produksi. “Nah ini tempat pengerjaan benang menjadi kain rajut. Ada yang melalui teknologi manual, ada pula yang memakai teknologi komputer,” terangnya kepada para wisatawan muda itu.

Usai menjelajah dua lokasi, rute terakhir adalah toko yang menjual hasil tangan para perajin di Kampung Rajut Binong. Aneka ragam produk kain rajut terpampang di etalase toko serta gantungan baju para pelaku ekonomi Kampung Rajut Binong tersebut.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan