Orang-orang Binong dan Cerita-cerita yang Dijahit dari Kampung Wisata Rajutnya

CERITA bermula dari seorang pemandu wisata bernama Wawan (49). Dirinya sudah mulai sibuk menyambut rombongan pelancong di Kampung Wisata Rajut Binong, Kota Bandung pada Kamis, 24 Oktober 2024, siang. Bersama para pemandu lainnya, mereka kini bertugas menemani para wisatawan berusia muda. Puluhan murid sekolah menengah pertama dari Jakarta.

Muhamad Nizar, Jabar Ekspres.

Dua bus terparkir di depan gang kecil menuju kawasan kampung wisata kreatif yang berlokasi di Kecamatan Binong tersebut. Tak perlu rasanya mengira-ngira betapa banyaknya jumlah siswa yang tiba. Melihat gelagat sibuk serta peluh yang diusap Wawan dari dahinya saja, sudah mudah ditebak. “Banyak!” jawabnya terkekeh usai menjemput rombongan wisatawan muda ke arah aula.

Sebelum memulai sebuah petualangan ‘kecil-kecilan’ di sentra industri rajut yang sudah muncul sejak tahun 1960-an itu. Para wisatawan mesti menjalani workshop alias pelatihan merajut sederhana terlebih dahulu. Satu per satu siswa masuk ke aula. Dari depan mereka sudah diberi buah tangan, tas kecil hasil rajutan dan pernak-pernik lainnya dari bahan serupa. Seutas senyum pun membuka petualangan pertama mereka.

Para wisatawan saat mengambil produksi hasil kain rajut, sebelum menjalani workshop di aula. (Nizar/Jabar Ekspres)
Para wisatawan saat mengambil produksi hasil kain rajut, sebelum menjalani workshop di aula. (Nizar/Jabar Ekspres)

Di sana puluhan siswa dibagi ke beberapa kelompok kecil. Merajut pun dimulai dengan para pendamping yang siap mengajari mereka. Keterbatasan tidak membuat Erlina (46) menjadi serba terbatas. Memiliki kelemahan fisik untuk berjalan karena menderita polio, bukanlah hambatan untuk dirinya mengajari cara menjahit sederhana nan menyenangkan.

Erlina ialah penyandang disabilitas yang tergabung dalam komunitas Merajut Asa Kita (Merakit). Suatu komunitas yang didirikan para penerus perajin kain rajut di Kampung Binong. Berdiri dua tahun silam ‘rumah’ itu memiliki mimpi besar. Yakni memberdayakan kelompok berkebutuhan khusus. Mereka dibimbing untuk bisa merajut hingga membuat produk hasil kain rajut.

Sejumlah mata memandang jari jemari Erlina amat lihai memainkan kain rajut dan jarum. Para wisatawan tampak takjub melihat kepiawaiannya. Sesekali mereka bertanya-tanya caranya, tidak sabar untuk ikut memulai merajut jua. Sesekali Erlina memberi contoh cara mainnya. Lalu sisanya adalah membimbing para wisatawan saat keliru membuat rajut ‘tusuk rantai’ tersebut. “Itu buat awal-awal yang baru bisa merajut,” ucapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan