Dalam pantauan di lokasi, Lilis terlihat sehat dan tampak gembira, karena bisa pulang ke kampung halaman bertemu keluarganya dengan sehat dan selamat.
“Saya bisa pulang ke tanah air dari Dubai benar-benar mandiri. Biaya kepulangan dari Dubai ke tanah air saya sekitar Rp15 juta,” bebernya.
Lilis menerangkan, biaya tersebut berasal dari anak sulungnya bernama Dede Nuryani (24) sebesar Rp8 juta, yang bekerja di pabrik. Adapun nominal sisanya sebesar Rp7 juta, didapatkan dari hasil pinjaman.
“Pinjam uang walaupun berbunga, pinjam kesana-kemari, termasuk pinjam juga ke teman-teman sesama TKW di Dubai,” terangnya.
Diakui Lilis, ia bisa kembali ke tanah air dari Dubai atas keinginan kuat dan desakan dari Dede Nuryanti, sang anak sulungnya.
Pasalnya, Lilis menambahkan, anaknya itu semakin khawatir akan keberadaan ibunya yang terlantar dan kesulitan pulang di Dubai. Sedangkan upaya pemulangan oleh dinas terkait justru tak ada kejelasan.
“Jujur, Dede anak sulung saya yang mendorong saya bisa pulang meski Rp15 juta tersebut ‘nganjuk,ngahutang’ (berhutang),” imbuhnya.
Lilis menjelaskan, dana sebesar Rp15 juta itu, selain untuk membeli tiket pesawat dari Bandara Dubai yang transit di Malaysia, juga digunakan sebagai biaya makan, membuat paspor di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI), Dubai dan ongkos dari Bandara Halim Perdana Kusumah sampai menuju rumah.
Dia pun mengaku, dirinya jadi TKW di Dubai karena tertipu, oleh penyalur yang diduga kantornya berlokasi di wilayah Jakarta.
Dugaan penipuan dengan sistem modus penyaluran tenaga kerja itu, membuat Lilis terlantar selama dua tahun lebih di Dubai.
“Waktu diberangkatkan ke Dubai itu, saya memang berangkat bersama 14 TKW lainnya,” jelasnya.
Lilis mengungkapkan, setiba di Dubai dirinya bekerja menjadi asisten rumah tangga. Karena majikan perempuan kasar dan tak berkenan, dia pun hanya bertahan di sana selama tiga pekan hingga akhirnya kabur.