Tak Berhasil Kurangi Ritase Sampah, Pemprov Jabar bakal Evaluasi Kinerja Pemkot Bandung

BANDUNG – Darurat sampah jadi ancaman serius bagi Kota Bandung. Upaya Pemerintah Kota atau Pemkot Bandung selama ini dalam mengurangi pengiriman ritase sampah ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat (KBB), belum berhasil alias gagal. Pasalnya, ritase sampah yang dikirim itu bukan berkurang malah bertambah.

Akibatnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar bakal mengevaluasi kinerja Pemkot Bandung dalam upaya pengurangan ritase sampah ke TPAS Sarimukti.

“Kami sudah ingatkan kepada kabupaten/kota di Cekungan Bandung, terutama Kota Bandung yang pengirimannya itu harusnya berkurang, tapi malah menambah dan semakin bertambah,” ujar Penjabat (Pj) Gubernur Jabar, Bey Machmudin, Senin (28/10).

“Komitmen dari pemerintahnya sudah, tapi bukan tidak sesuai, karena harus sosialisasi juga ke masyarakat, dan itu perlu waktu. Jadi, kami minta seminggu ini (untuk evaluasi) terutama Kota Bandung,” imbuh Bey-sapaan akrabnya-Bey Machmudin.

Dari yang semula 170 ritase perhari, kini menjadi 180-185 ritase perhari. Padahal, Pemkot Bandung sebelumnya berkomitmen menekan angka pembuangan sampah ke TPAS Sarimukti menjadi 140 ritase perhari.

Per Senin (28/10) hari ini, Pemkot Bandung secara resmi mengeluarkan slogan dengan bunyi “Tidak Dipilah Tidak Diangkut”. Hal ini tentunya merupakan upaya pemerintah guna menanggulangi sampah di lingkup kewilayahan.

Ditanya terkait hal tersebut, Pengamat Kebijakan Publik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Cecep Darmawan mengaku, upaya pemerintah dalam hal menanggulangi problematika sampah sampai saat ini hanya terfokus pada penyelesaian jangka pendek.

Diakuinya, macam inovasi yang ditawarkan cenderung menekan masyarakat. Padahal, lanjut Cecep, pemkot selaku leading sector seharusnya bisa menggaet masyarakat guna menangani permasalahan tersebut.

“Pemkot Bandung dan masyarakat harus saling bergandengan tangan. Pemkot juga harus bisa menjembatani apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Selama ini, penyelesaian sampah cenderung dilakukan akibat adanya urgensi kedaruratan sampah, alhasil banyak masyarakat merasa ditekan,” kata Cecep kepada Jabar Ekspres, Senin (28/12).

Selain itu, perlu adanya edukasi yang berakibat pada pemahaman jangka panjang terkait penanggulangan sampah. Maka dari itu, Cecep meminta agar sosialisasi bisa difokuskan pada level pelajar di Kota Bandung.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan