Fraksi PDIP Kritisi Rancangan APBD 2025, Pemprov Perlu Langkah Kongkrit Genjot Pendapatan

JABAR EKSPRES – Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) DPRD Jabar turut mengkritisi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2025. Pihaknya meminta Pemprov Jabar lebih inovatif dan punya program kongkrit dalam mendongkrak pendapatan daerah.

Sejumlah kritik dan masukan itu disampaikan dalam Rapat Paripurna Pandangan Umum Fraksi terhadap Raperda APBD 2025, Jumat (25/10). Sejumlah fraksi secara bergantian menyampaikan pandangannya dalam kesempatan itu. Termasuk Fraksi PDIP.

Ketua Fraksi PDIP Ineu Purwadewi Sundari mengungkapkan, pendapatan daerah di APBD 2025 bakal turun cukup drastis. Salah satunya karena pemberlakukan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (HKPD).

BACA JUGA: Peran Kades Dinilai Krusial, Eni Sumarni Lakukan Penelitian Disertasi Terkait Polemik di Tingkat Desa

Namun demikian, Fraksi PDIP mendesak agar punya langkah kongkrit dan inovatif sebagai antisipasi atau tindak lanjut kebijakan tersebut. “Kami minta, ada langkah konkrit dalam rangka optimalkan pendapatan daerah,” cetusnya.

Ineu melanjutkan, Pemprov bisa mengoptimalkan sejumlah peluang yang bisa mendongkrak pendapatan daerah. Misalnya dengan optimalisasi pengelolaan aset. “Asetnya saat ini kan banyak, itu bisa dimanfaatkan,” tuturnya.

Berikutnya adalah menggenjot pendapatan daerah dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Selama ini masih banyak BUMD milik pemprov yang komtribusi atau setoran dividennya kurang maksimal. Bahkan tidak bisa setor dividen. “Sepertinya hampir semua Fraksi juga mendorong itu. Optimalisasi BUMD,” ujarnya.

BACA JUGA: Soroti Kisruh Progam JFLS 2024, Wakil Ketua DPRD Jabar mulai Instruksikan Hal Ini

Menurut Ineu, Pemprov telah mengucurkan penyertaan modal ke BUMD. Di APBD 2025 ini juga dianggarkan lagi. Sehingga perlu ada imbal balik dari BUMD ke Pemprov melalui setoran dividen, di samping perannya dalam pelayanan masyarakat.

Langkah lain adalah optimalisasi objek pajak di luar pajak kendaraan bermotor. Misalnya pajak air tanah, opsen  Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, ataupun lainnya. “Perlu gali terus pendapatan, agar mandiri juga,” terangnya.

Dari sisi belanja, Fraksi PDIP juga menekankan efisiensi. Pihaknya mendesak agar belanja daerah di fokuskan pada program yang menyentuh rakyat langsung.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan