Cerita Perajin Boneka dari Kabupaten Bandung, Bertahan di Tengah Gempuran Produk Impor

Di Jalan Sayati Hilir, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, berdiri rumah produksi boneka milik Roby Permana (38) yang menjadi saksi perjalanan industri boneka keluarganya selama tiga generasi.

Roby, yang mendirikan usahanya sejak tahun 2010 kini melanjutkan keahlian keluarga sebagai pengrajin boneka, memproduksi berbagai jenis boneka, mulai dari boneka karakter, gantungan tas, hingga tas alat musik berhiaskan boneka.

“Mulai dari cutting bahan, menjahit, hingga pengisian semuanya dilakukan di sini,” kata Roby saat ditemui, Kamis (17/10).

Ia menjelaskan, semua proses produksi, dari awal hingga akhir, dilakukan di rumahnya yang juga berfungsi sebagai toko dan bengkel produksi.

Roby mengakui, keahlian membuat boneka didapatkan secara turun-temurun dari keluarganya.

BACA JUGA: Tak Hanya Kelola Sampah Mandiri, Desa Cileunyi Wetan Bandung Kini Biasakan Pola Hidup Zero Food Waste

“Ini sebenarnya ilmu dari orang tua. Saya generasi ketiga, dari kakek. Waktu masih SMP, umur 13 tahun, saya sudah mulai bantu-bantu ayah buat boneka,” ungkapnya.

Dalam proses pembuatan, bahan dasar seperti bulu rasfur, bulu Korea, velboa, nylex, dan yelvo dipotong menggunakan mesin cutting, atau terkadang dengan gunting manual untuk boneka kecil.

Setelah itu, bahan dijahit sesuai pola dan diisi dengan silikon. Setiap karyawan ditargetkan membuat 20 boneka atau satu kodi dalam waktu tiga jam, tergantung tingkat kesulitan modelnya.

“Sehari kami bisa produksi 600 sampai 700 boneka kalau modelnya tidak sulit,” jelas Roby.

Sebagai usaha rumahan, Roby memiliki delapan karyawan tetap dan lima mesin produksi.

“Kami juga sering dibantu oleh enam penjahit luar kalau ada order besar. Kalau orderan lagi ramai, saya ikut turun langsung,” tuturnya.

Usahanya beroperasi enam hari dalam seminggu, mulai pukul 08.00 hingga 22.00 WIB.

Berinovasi di Tengah Persaingan Produk Asing

Meskipun produk boneka lokalnya mampu bersaing dari segi kualitas, menurut Roby tantangan besarnya yakni dari produk asing yang menawarkan harga lebih murah.

Ia berharap pemerintah dapat memberi dukungan kepada industri lokal agar dapat bertahan.

“Pemerintah mestinya lebih mendukung produk dalam negeri. Kualitas kita bisa bersaing, tapi kalau soal harga, produk impor memang lebih murah,” ucapnya penuh harap.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan