Sahrul menambahkan bahwa ia sengaja berbicara di depan masyarakat yang menunggunya sebagai upaya “ice breaking” dan hiburan ringan, bukan orasi kampanye.
“Saya ditanya kenapa kok berobat dalam keadaan sakit malah orasi. Bukan orasi, tapi gimmick, saya menghindar kerumunan tadi itu. Jadi trik saya menghindar dengan bagaimana saya bisa tetap berkomunikasi dengan mereka,” jelasnya.
Sahrul juga menanggapi tudingan bahwa ia membawa APK ke rumah sakit dengan menyatakan bahwa mobil yang membawa APK sudah meninggalkan lokasi untuk menuju lokasi kampanye lain yang sesuai jadwal.
Ia menegaskan bahwa tidak ada upaya untuk kampanye di RSUD, dan tujuannya semata-mata untuk berobat.
“Kalau ada yang bilang, saya paslon coblos saya. Enggak, itu sama sekali enggak lah. Ya secara etikanya kan juga saya sadar bahwa saya ini paslon,” tegasnya.
Sebagai evaluasi, Sahrul menyatakan bahwa ke depannya ia akan lebih berhati-hati agar tidak terjadi kesalahpahaman serupa.
Bahkan dirinya menambahkan bahwa ia memilih membayar biaya berobat dan menjalani prosedur pendaftaran tanpa memanfaatkan fasilitas VIP untuk menghindari masalah etik.
“Jadi evaluasi lah, pembelajaran. Tahu gitu mendingan saya tersedia aja langsung ke ruang VIP di atas, menunggu dokternya datang,” tutupnya.