Mendengar keluhan yang dilontarkan perserta KUUKIR, Farhan memahami betul keinginan yang disampaikan para peserta itu.
Menurutnya, Kota Bandung pada era 1990 memiliki kreativitas yang sangat luar biasa. Namun, berbagai persoalan menjadi tantangan untuk dibenahi bersama.
Tempat-tempat kreativiatas untuk konser musik untuk band-band indie bisa diadakan kembali. Hal ini untuk memberikan wadah kepada generasi muda menghasilkan berbagai karya di bidang seni dan budaya.
Kemudian, Farhan mengenang mengenai kreativitas yang ada di Jalan Cihampelas yang dulu sangat marak penjual celana jeans. Akan tetapi sekarang identitas tersebut sudah mulai berkurang.
“Dulu di situ ada semacam konveksi yang membuat jeans untuk merek terkenal asal luar negeri. Tapi barangnya di-reject karena ada kekurangan,” ujar Farhan.
Lahirnya kreativitas di Jalan Cihampelas tidak lepas dari peran Ateng Wahyudi yang kala itu membuat ekosistem yang menjadi identitas atau ikon wisata di Kota Bandung.
“Itulah bagaimana pentingnya menciptakan ekosistem,” cetusnya.
Menanggapi terkait kemacetan, Farhan mengingikan Kota Bandung memiliki gedung khusus parkir. Hal ini dilakukan karena selama ini badan jalan selalu digunakan lahan parkir yang menjadikan ruas jalan menjadi sempit.
“Dengan parkir di satu titik, akan membiasakan masyarakat untuk berjalan kaki. Kalau hujan, kan ada payung,” kata dia. (yan).