JABAR EKSPRES – Belakangan ini, nama Pasya Pratiwi Toiti menjadi sorotan publik setelah video viral tentang dirinya menyebar luas di media sosial. Pasya, yang merupakan korban dalam video tersebut, akhirnya angkat bicara melalui akun Facebook miliknya untuk memberikan klarifikasi atas kejadian yang menimpanya. Dalam unggahan tersebut, Pasya mengungkapkan kesedihan dan kekecewaannya terkait situasi yang ia alami.
Pasya memulai cerita dengan latar belakang hubungannya bersama seorang guru yang telah berlangsung sejak ia pertama kali masuk ke MAN 1 Gorontalo. Sang guru, seperti halnya Pasya, juga merupakan seorang yatim piatu.
Sejak awal, Pasya memiliki tekad kuat untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi, termasuk meraih gelar sarjana dengan beasiswa, mengingat kondisi yang tidak lagi memiliki orang tua. Namun, hal tak terduga mulai terjadi ketika guru tersebut mulai melakukan pelecehan terhadapnya.
Baca Juga: Link Video Viral 7 Menit 34 Detik Guru X Murid di Gorontalo
Menurut Pasya, pelecehan pertama kali terjadi secara verbal. Sang guru mulai melontarkan ucapan-ucapan yang tidak pantas, namun Pasya tidak terlalu menanggapinya dengan serius. Seiring berjalannya waktu, pelecehan mulai bersifat fisik, dimulai dengan sentuhan di bahu dan tindakan lain yang semakin membuat Pasya merasa tak nyaman.
Meski awalnya Pasya menganggap hal tersebut sebagai kasih sayang seorang ayah kepada anaknya, ia akhirnya menyadari bahwa semua itu salah ketika pelecehan mulai menyasar bagian tubuh yang lebih intim.
Pasya mengungkapkan bahwa dirinya sempat berada dalam dilema besar ingin melaporkan tindakan pelecehan tersebut, namun di sisi lain, ia merasa takut. Ia takut karena tidak memiliki orang tua untuk mendukungnya, serta khawatir jika laporan yang diajukan tidak akan dipercaya. Pasya juga merasa khawatir akan dikeluarkan dari sekolah, mengingat ia berjuang keras untuk bisa melanjutkan pendidikan.
Ketakutan ini terus menghantui Pasya selama dua tahun terakhir. Meski awalnya ia sangat menolak tindakan sang guru, ancaman dikeluarkan dari sekolah membuatnya merasa tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti keinginan pelaku.
Meski perasaan malu menghinggapi dirinya, Pasya merasa bersyukur karena penderitaannya sebagai korban pelecehan seksual berhenti setelah video tersebut viral. Dalam klarifikasinya, ia mengaku tidak bisa melarang atau menyuruh orang untuk berhenti menyebarkan video tersebut, karena hal itu merupakan pilihan masing-masing individu. Ia hanya meminta publik untuk tidak menilai dirinya hanya dari cuplikan video yang berdurasi 7 menit tersebut, karena ia telah mengalami penderitaan yang jauh lebih lama.