JABAR EKSPRES – Bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cilaku, di wilayah Desa Tegalmanggung, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang yang kondisinya rusak memprihatinkan, kini mulai dapat perhatian.
Rusaknya bangunan SDN Cilaku, membuat para peserta didiknya terpaksa melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara bergantian.
Menyoroti hal tersebut, Anggota DPRD Kabupaten Sumedang terpilih periode 2024-2029, Elah Karmilah mengatakan, dirinya bertekad untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat, terutama dari daerah pemilihan (Dapil) 5 yang meliputi Cimanggung dan Jatinangor.
“Saya mendengar dari berbagai pemberitaan bahwa salah satu ruang KBM di sekolah ini rusak parah. Karena itu, saya ingin melihat kondisi tersebut secara langsung,” katanya di SDN Cilaku, Selasa (17/9).
Dalam langkah awalnya sebagai anggota dewan, Elah langsung turun ke lapangan untuk bertemu dengan konstituen, salah satunya mengunjungi SDN Cilaku di Desa Tegalmanggung yang bangunan sekolahnya rusak memprihatinkan.
“Saya sangat berterima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan oleh masyarakat. Ini adalah bentuk tanggungjawab saya untuk turun langsung dan mendengar aspirasi warga,” bebernya.
Saat berada di lokasi, Elah juga berbincang dengan kepala sekolah dan beberapa tokoh masyarakat setempat termasuk Kepala Desa Tegalmanggung Cecep.
Menurutnya, pertemuan dengan para pemangku kepentingan ini adalah langkah awal dalam menyusun rencana kerja yang akan dibawa ke rapat-rapat fraksi.
“Pertemuan seperti ini penting untuk menjaring aspirasi dari masyarakat secara langsung. Saya akan mengangkat isu kerusakan sekolah ini dalam pembahasan rapat fraksi nanti,” imbuhnya.
Diketahui, kondisi kelas alias ruang belajar SDN Cilaku yang rusak itu, kini digunakan menjadi gudang itu, bahkan fasilitas yang harusnya digunakan anak-anak melaksanakan KBM, sudah tak terpakai sekira selama 24 tahun atau sejak 2000 lalu.
Melalui pantauan Jabar Ekspres, ruang belajar SDN Cilaku yang rusak dan tak terpakai hingga dijadikan gudang itu, atapnya langsung menampakkan susunan genteng.
Kayu-kayu penyangga menghiasi langit-langit ruangan. Tumpukan meja dan bangku siswa, tersusun hingga berdebu menandakan lamanya tak tersentuh.
Papan tulis masih terpajang di tembok bagian depan ruang belajar, menandakan pada masanya alias 24 tahun lalu, ada aktivitas para siswa yang mengikuti KBM sebelum akhirnya kelas tersebut rusak dan tak terpakai.