Blusukan Ke Kampung Padat Penduduk Arfi Ingin Berantas Jeratan Bank Emok

JABAREKSPRES.COM, BANDUNG – Bakal Calon (Bacalon) Wali Kota Bandung Arfi Rafnialdi mulai intens blusukan ke kampung – kampung di Kota Bandung. Salah satunya ke Kelurahan Sukapura, Kiaracondong, Kamis (12/9). Ia ingin menghadirkan solusi terhadap bank emok yang kian meresahkan warga.

Arfi sengaja silaturahmi ke kampung itu karena termasuk kampung yang padat penduduk di Kota Bandung. Di RW 03 saja, total ada 1.842 jiwa bermukim di kawasan itu. “Kawasan yang padat penduduk itu biasanya ada tantangan masalah tersendiri,” cetusnya.

Pria yang pernah menjadi Sekretaris Tim Pertimbangan Kebijakan Publik Wali Kota Bandung era Ridwan Kamil itu melanjutkan, dalam pertemuan itu ada sejumlah curahatan yang disampaikan warga. Utamanya persoalan yang menyangkut perekonomian.

Misalnya butuh bantuan program yang bisa menuntaskan dari jeratan utang atau Bank Emok. Lalu harapan untuk harga sembako murah hingga aspirasi perihal bantuan modal usaha. “Masalah ekonomi ini bakal jadi prioritas, di Bandung ternyata masih banyak kebutuhan dasar warga yang belum terpenuhi,” imbuhnya.

Arfi melanjutkan, khusus masalah bank emok itu pihaknya juga bakal berupaya menghadirkan solusi. Misalnya dengan program kredit yang murah hingga tanpa bunga yang dikucurkan melalui bank daerah. Seperti Kredit Melawan Rentenir (Melati) yang pernah diluncurkan Pemkot Bandung sebelum covid lalu.

Program itu akan direview dan dikembangkan. Tujuannya agar lebih efisien untuk membantu masyarakat. “Kami coba hadirkan program sejenis, yang jelas program yang lebih pro rakyat. Bank daerah juga dievaluasi kemampuannya,” ucapnya.

Program semacam itu sebenarnya sangat mungkin dilakukan. Karena bank-bank daerah secara umum pemegang sahamnya adalah Pemkot. Sehingga tinggal kebijakan dan kemauan saja. “Harapan kami bisa menghentikan jeratan utang warga, mereka bisa beralih ke bank milik pemerintah daerah,” sambungnya.

Ketua RW 03 Kelurahan Sukapura Eko Priyadi mengakui bahwa memang ada sejumlah warganya menjadi korban bank emok. “Jumlahnya kami kurang tau, tapi berdasarkan pemantauan, masalah bank emok itu ada di sini,” tuturnya.

Eko melanjutkan, selain beberapa permasalahan itu ia juga mengingatkan perihal serapan tenaga kerja bagi warga. “Butuh juga lapangan kerja, karena belum banyak lulusan yang terserap. Lalu perusahaan swasta cenderung pakai sistem outsourcing, itu juga merugikan,” bebernya.(son)

Writer: Hendrik Muchlison

Tinggalkan Balasan