Lebih jauh Tedi menyampaikan bahwa pengoperasian alat ini minim modal tanpa listrik atau bahan bakar. Adapun bahan yang digunakan yaitu oli bekas atau minyak jelantah yang tidak digunakan kembali.
”Jadi alat ini mengelola sampah dengan sampah pula,” pungkasnya.
Peserta tidak hanya mendengarkan penyampaian edukasi pengelolaan sampah, tetapi juga berkesempatan untuk praktik langsung menggunakan alat incinerator dari awal hingga akhir proses pembakaran.
Dari kegiatan ini diharapkan penumpukan sampah tidak lagi ditemukan di ruas-ruas jalas desa, pun demikian dengan asap polusi pembakaran sampah tidak lagi menjadi hal yang mengkhawatirkan kesehatan warga desa.
Adapun sisa pembakaran sampah yang berupa abu dapat dimanfaatkan kembali menjadi bahan campuran dalam pembuatan paving blok atau batako yang bernilai jual. (*)