Kebakaran Hebat di Manggarai Part 2, Ribuan Rumah Rata dengan Tanah

JABAR EKSPRES – Peristiwa kebakaran di permukiman padat penduduk Jalan Remaja 5, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, meninggalkan luka mendalam bagi para korbannya, terutama anak-anak.

Mereka terpaksa menghadapi kenyataan pahit bahwa rumah yang selama ini menjadi tempat berlindung kini telah rata dengan tanah. Ketika api tiba-tiba merambat pada dini hari Selasa, 13 Agustus, sekitar pukul 02.40 WIB.

Dari video yang beredar, kobaran api memecah gelapnya dini hari, asap pun membubung tinggi. Petugas pemadam berjibaku memadamkan api dengan berbagai alat pemadam. Sejumlah penduduk pun turut membantu proses pemadaman.

Setidaknya 34 unit mobil pemadam kebakaran dan 120 personel dikerahkan untuk mengatasi ”si jago merah” ini.

Kini, permukiman padat penduduk ini hanya tersisa puing-puing di bagian depan, sementara sisanya hangus dilalap api.

Kebakaran tersebut diduga terjadi akibat meledaknya handphone yang sedang diisi daya, yang kemudian menyambar kasur dan dengan cepat membesar.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta melaporkan bahwa kebakaran tersebut memaksa 4.219 warga mengungsi. Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji, menjelaskan bahwa para pengungsi berasal dari dua RW yang terdampak, yaitu RW 06 dan RW 12.

“Pengungsi RW 06 jumlah 15 RT dengan 750 KK 2.888 jiwa dan RW 12 jumlah 6 RT dengan 300 KK 1.331 jiwa,” ujar Isnawa dalam keterangannya.

Para pengungsi saat ini ditampung di beberapa lokasi, seperti Pergudangan Infinia Jalan Minangkabau, Masjid Al Falah RW 07, dan SD 05 Manggarai RW 09. Sebanyak tujuh orang dilaporkan mengalami luka-luka dan kini sedang mendapatkan perawatan. Sementara itu, estimasi kerugian material akibat kebakaran masih dalam proses pendataan.

Kebakaran ini tidak hanya merenggut tempat tinggal, tetapi juga merusak masa depan anak-anak yang harus menghadapi trauma mendalam. Ribuan warga lainnya kini berada di persimpangan jalan, mencoba mencari harapan di tengah reruntuhan yang tersisa.

Peristiwa ini mengingatkan kita akan pentingnya kesigapan dalam menghadapi bencana serta perlunya perhatian lebih terhadap mereka yang paling rentan, terutama anak-anak, agar mereka tidak kehilangan masa depan yang cerah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan