JABAR EKSPRES – Kisah pilu kembali menghampiri komunitas Rohingya yang terus mengalami penderitaan tak berkesudahan.
Puluhan pengungsi Rohingya menjadi korban serangan brutal drone saat mereka mencoba melarikan diri dari Myanmar menuju Bangladesh.
Baca juga : Negara-Negara Penengah Desak Israel dan Hamas untuk Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata di Gaza
Serangan ini terjadi di tengah panasnya konflik antara pasukan junta militer Myanmar dan kelompok pemberontak Arakan Army, yang semakin memperparah krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Peristiwa mengerikan ini berlangsung pekan lalu di Maungdaw, Rakhine, ketika sekelompok besar pengungsi Rohingya berkumpul di perbatasan, berharap dapat segera menyeberang ke Bangladesh demi mencari perlindungan.
Di antara mereka, terdapat keluarga-keluarga yang membawa anak-anak, termasuk seorang ibu hamil dan anaknya yang baru berusia dua tahun.
Tanpa peringatan, drone menyerang dengan ledakan-ledakan yang mematikan.
Mohammed Eleyas, salah satu saksi yang kehilangan istri dan anaknya dalam serangan itu, menggambarkan suasana penuh ketakutan saat ledakan keras mengguncang area sekitar.
Dari kamp pengungsi di Bangladesh, ia menceritakan betapa paniknya orang-orang ketika suara ledakan terdengar berulang kali.
Setelah ledakan mereda, Eleyas terkejut menemukan keluarganya dalam kondisi terluka parah, sementara banyak kerabatnya sudah tak bernyawa.
Shamsuddin, saksi lain yang berhasil selamat bersama istri dan bayinya, menceritakan bagaimana lokasi kejadian berubah menjadi pemandangan yang mengerikan, dipenuhi mayat dan jeritan orang-orang yang terluka.
“Banyak yang terluka parah, dan teriakan kesakitan terdengar di mana-mana,” ujarnya dari kamp pengungsi di Bangladesh.
Serangan drone ini hanyalah salah satu dari serangkaian kekerasan yang menimpa komunitas Rohingya dalam beberapa pekan terakhir.
Selain itu, dua perahu pengungsi Rohingya tenggelam di Sungai Naf, menambah jumlah korban jiwa yang terus meningkat.
Puluhan pengungsi yang menaiki perahu tersebut tewas saat mereka mencoba melarikan diri dari kekerasan yang tak kunjung reda di Rakhine.
Organisasi Medecins Sans Frontieres (MSF) melaporkan bahwa mereka telah merawat 39 pengungsi yang berhasil menyeberang ke Bangladesh dengan luka-luka serius akibat kekerasan, termasuk cedera yang diakibatkan oleh ledakan mortir dan tembakan.