UPTD Pasar Kota Cimahi Tanggapi Penurunan Daya Beli Konsumen

JABAR EKSPRES – Kenaikan harga minyakita dari Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp14.000 menjadi Rp16.000 di Pasar Kota Cimahi menimbulkan keresahan dikalangan pedagang dan pelaku UMKM.

Dampak kenaikan ini dirasakan langsung oleh pedagang sembako dan pelaku usaha kecil, yang berimbas pada penurunan penjualan dan pemasukan mereka.

Rita (35), seorang pedagang sembako di Pasar Antri Baru, mengeluhkan harga minyakita yang semakin tinggi.

“Harga satu karton minyakita kini mencapai Rp. 181.000, yang merupakan harga paling murah. Harga 2 liter sekarang Rp32.000, kalau 1 liter Rp16.000. Ini lagi masa sulit, jadi pembeli berkurang ke kita,” kata Rita kepada Jabar Ekspress, Jumat (26/7).

Rita menyebutkan, sebelumnya konsumen yang biasanya membeli minyak curah beralih ke minyakita. Namun, setelah harga minyakita naik, jumlah konsumen justru menurun.

“Tadinya kan dari minyak curah belinya ke minyakita. Tapi sekarang minyakita mahal jadi pembeli malah berkurang, bingung kita juga,” tambahnya.

BACA JUGA: Anak Terpaksa Putus Sekolah Usai Ditolak SMA Negeri saat PPDB, Warga Tak Mampu Hanya Bisa Usap Dada dan Gigit Jari

Berbeda dengan Adam (31), pedagang di Pasar Atas Kota Cimahi, menurutnya meskipun harga minyakita naik menjadi Rp16.000 per liter, jumlah pembeli tidak terlalu menurun.

Namun, ia mengeluhkan terkait modal yang dikeluarkan untuk minyakita yang tinggi.

“Kita modal untuk minyakita Rp15.200, sedangkan dijual Rp16.000. Laba mungkin dari satu dus cuman Rp10.000,” katanya.

Di sisi lain, Kepala UPTD Pasar Kota Cimahi, Andri Gunawan, saat dikonfirmasi memberikan penjelasan mengenai penurunan daya beli masyarakat.

“Kalau misalnya daya beli masyarakat berkurang, saya yakin ada penyebabnya. Salah satunya musim masuk anak sekolah,” jelas Andri.

Menurutnya, hal tersebut membuat pengeluaran untuk kebutuhan lain otomatis berkurang.

BACA JUGA: Hamas Sebut Netanyahu Seharusnya Ditangkap, Bukan Diberi Panggung 

Namun, Andri menegaskan bahwa kondisi seperti saat ini merupakan siklus yang biasa terjadi.

“Saya yakin, kalau sekarang minyak kurang nanti ke depannya akan banyak. Percaya,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya untuk terus memastikan stok barang agar  tidak kosong.

“Yang penting, jangan sampai barang kosong. Berkurang tidak apa-apa tapi jangan sampai kosong. Itu yang bahaya,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan