JABAR ESKPRES – Kalender Jawa, sebuah warisan budaya yang kaya, masih memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Jawa hingga saat ini. Sistem penanggalan ini digunakan untuk menentukan waktu yang tepat bagi berbagai kegiatan penting, seperti pernikahan, khitanan, acara kematian, pendirian rumah, dan perjalanan. Dalam pandangan masyarakat Jawa, menentukan hari baik sebelum melaksanakan kegiatan dianggap penting untuk menghindari kesialan.
Kalender Jawa dianggap memiliki nilai kesakralan yang tinggi. Nilai ini tercermin dari rasa hormat yang diberikan oleh masyarakat terhadap kalender tersebut, sifat ambigu yang dimilikinya, dan manfaat yang tidak selalu bisa dijelaskan secara logis. Kalender Jawa dianggap sebagai panduan yang memberikan kekuatan dan tuntunan, serta memikul kewajiban bagi para penganutnya.
Kepercayaan terhadap kalender ini sangat bervariasi antar individu, namun secara umum, masyarakat Jawa percaya bahwa kalender ini memberikan panduan untuk menjalani hidup dengan lebih baik. Kalender Jawa juga berperan dalam berbagai aspek sosial, mulai dari kebiasaan sehari-hari (folkways), tata kelakuan (mores), hingga adat (tradition).
Simbol siklus pasaran dalam kalender Jawa.
Orang Jawa pada masa pra Islam mengenal pekan yang lamanya tidak hanya tujuh hari saja, tetapi dari 2 sampai 10 hari. Pekan-pekan ini disebut dengan nama-nama dwiwara, triwara, caturwara, pañcawara (pancawara), sadwara, saptawara, astawara dan sangawara. Siklus yang masih dipakai sampai saat ini adalah saptawara (siklus tujuh hari) dan pancawara (siklus lima hari), sedangkan yang lain masih dipakai di Pulau Bali dan di Tengger.
Saptawara atau padinan terdiri atas tujuh hari dihubungkan dengan sistem bulan-bumi. Siklus tujuh hari ini bersamaan dengan siklus mingguan dalam kalender Masehi, yaitu Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu. Solah (gerakan) dari bulan terhadap bumi berikut adalah nama dari ketujuh nama hari tersebut.
- Radite • Ngahad, melambangkan meneng (diam);
- Soma • Senen, melambangkan maju;
- Hanggara • Selasa, melambangkan mundur;
- Buda • Rebo, melambangkan mangiwa (bergerak ke kiri);
- Respati • Kemis, melambangkan manengen (bergerak ke kanan);
- Sukra • Jemuwah, melambangkan munggah (naik ke atas);
- Tumpak • Setu, melambangkan tumurun (bergerak turun).