DARI sekian tahun, tepatnya sejak 2016 silam saat polemik sengketa lahan di tempat tinggal mereka bermula, pada Senin (22/7), di Kejaksaan Negeri (Kejari) Bandung, warga Dago Elos akhirnya dapat melihat secara langsung pelaku utama yang ‘meneror’ hidup tenang mereka: Heri Hermawan Muller (HHM) dan Dodi Rustandi Muller (DRM).
Muhamad Nizar, Jabar Ekspres
Tembok depan Gedung Kejari Bandung, pada siang itu, seolah tidak bisa menahan luapan emosi ratusan warga yang tergabung dalam Forum Dago Melawan. Setelah rentetan aksi unjuk rasa yang dilakukan sejak pagi, mulai dari Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat, hingga sampai titik aksi terakhir, Kejari Bandung. Perjuangan warga pun terasa ikut mencapai titik akhir.
“Kawan-kawan. Kawan-kawan. Siapkan handphone kalian. Abadikan momen ini. Pelaku dan mafia tanah akan ditampilkan di hadapan kita,” ungkap Koordinator Forum Dago Melawan, Angga dari atas mobil komando melalui pengeras suara.
Betul saja. Tanpa menunggu aba-aba itupun, sebetulnya warga sudah mafhum untuk melakukan apa. Mereka merangsek ke depan megahnya gedung Kejari Bandung. Badan mereka saling berhimpitan dan bersandar pada tembok gedung tersebut. Hanya itu yang bisa mereka lakukan. Melihat dan merekam. Tangan-tangan mereka mengangkat gawai masing-masing.
Pihak Kejari Bandung sendiri sudah menemui massa aksi. Di tengah sorot terik matahari pukul 12 siang. Mereka menjanjikan bakal menghadirkan atau memperlihatkan batang hidup kedua pelaku itu di depan muka publik. “Kawan-kawan,” seru Angga, “Tidak boleh ada tindakan apapun dari kita. Tidak boleh ada lemparan apapun. Lihat saja. Kita hanya menonton. Jangan melompati tembok gedung. Melihat saja, kawan-kawan. Rekam momen ini.”
Seruan tersebut terus diulang. Tidak hanya oleh Angga, melainkan para warga yang lainnya. Mereka saling mengingatkan untuk tidak lakukan hal yang justru merugikan. Mereka seolah paham, nasib mereka hampir mencapai ujung akhir, dan mereka harus menahan sabar untuk sekadar melihat kedua pelaku berjalan menuju mobil tahanan.
Sorak sorai. Luapan emosi yang terakumulasi selama kurun waktu panjang. Bertahun-tahun. Terdengar bergema saat kedua sosok yang diduga pelaku tersebut berjalan. Heri Hermawan Muller dan Dodi Rustandi Muller sudah memakai seragam berwarna merah. Tangan keduanya diborgol dan itu mengesankan bagi publik, terlebih bagi warga Dago Elos yang memikul hal berat dalam kurun waktu cukup lama itu.