JABAR EKSPRES – FBI sedang menyelidiki upaya pembunuhan terhadap calon presiden AS Donald Trump yang diduga merupakan potensi aksi terorisme domestik. Asisten Direktur Divisi Kontraterorisme FBI, Robert Wells, menyatakan bahwa insiden ini tidak hanya dilihat sebagai upaya pembunuhan, tetapi juga sebagai kemungkinan tindakan terorisme domestik.
Pelaku penembakan, Thomas Matthew Crooks, diketahui bertindak sendiri tanpa ideologi yang diketahui. FBI mengungkapkan bahwa senjata yang digunakan oleh Crooks adalah AR-556, senjata semi-otomatis yang dibeli secara legal. Senjata tersebut awalnya dibeli oleh ayah Crooks, namun pihak berwenang belum mengetahui bagaimana Crooks mendapatkan senjata itu atau apakah ia mengambilnya tanpa sepengetahuan ayahnya.
Pelaku melancarkan aksinya dari atap gedung di luar lokasi kampanye Trump dan dilaporkan tewas setelah ditembak oleh anggota Secret Service. Selain itu, FBI menemukan bahwa Crooks juga menyimpan bahan peledak di dalam mobil dan kediamannya, menambah kekhawatiran akan motif dan rencana jangka panjang pelaku.
Presiden AS Joe Biden, dalam pernyataannya, menegaskan bahwa pihak berwenang masih belum mengetahui motif dari penembakan ini. Biden meminta masyarakat untuk tidak membuat asumsi liar mengenai motif atau afiliasi pelaku. “Kami belum memiliki informasi tentang motif penembak. Kami tahu siapa dia. Saya menghimbau kepada semua orang, tolong jangan membuat asumsi tentang motif atau afiliasinya,” ujar Biden.
Biden juga memerintahkan evaluasi pengamanan untuk memastikan keselamatan para calon presiden dan pejabat tinggi lainnya. Langkah ini diambil untuk mencegah insiden serupa di masa mendatang dan memastikan keamanan yang lebih ketat dalam acara-acara kampanye.
Investigasi ini masih berlangsung, dan pihak berwenang bekerja keras untuk mengungkap seluruh fakta di balik insiden ini. Penemuan bahan peledak di mobil dan kediaman Crooks menambah kompleksitas kasus ini dan menunjukkan potensi ancaman yang lebih besar. Upaya untuk memahami motivasi dan latar belakang pelaku terus dilakukan untuk memastikan bahwa tindakan pencegahan yang tepat dapat diambil di masa depan.
Kasus ini menjadi sorotan publik dan menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan dalam proses pemilihan presiden. Dengan penyelidikan yang masih berlangsung, pihak berwenang berharap dapat memberikan kejelasan lebih lanjut dan menjaga keamanan serta ketertiban di tengah situasi politik yang tegang ini.