JABARESKPRES – Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah ( Pilkada ) di Kabupaten Bandung tinggal beberapa bulan lagi dan situasi politik sudah mulai menghangat.
Keberadaan Incumbent atau mantan kepala daerah yang ingin mempertahankan kekuasaan dalam Pilkada tengah menjadi sorotan masyarakat.
Berbagai manuver politik saat ini tengah dilakukan oleh partai politik dengan menjalin komunikasi atau berujung pada koalisi.
Pengamat sosial politik Eksplorasi Dinamika dan Analisa sosial Dr. Wawan Gunawan mengatakan, politik itu memiliki dinamikan dan situasi yang berubah.
‘’Banyak faktor yang mempengaruhi situasi politik Termasuk situasi Pilkada di Kabupaten Bandung,’’ jelas Wawan dalam keterangannya, Senin, (15/07/2024).
Menurutnya, situasi politik bisa dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakat yang sangat berpengaruh.
Keberadaan Incumbent tentu akan sangat diuntungkan pada situasi ini. Namun tidak selamanya petahana bisa menang dalam Pilkada.
Dia menilai, biasanya dalam survei selalu ada yang namanya tingkat kepuasan masyarakat terhadap kepemimpinan dalam pemerintahan.
Jika masyarakat pada sebuah daerah mengaku puas dengan hasil dari pembangunannya maka bisa berbanding dengan kemenangan pada Pilkada.
Meski begitu, faktor kemenangan bukan pada tingkat kepuasan saja. Banyak faktor yang menentukan pasangan calon Bupati dan wakil Bupati yang dipengaruhi material dan non material.
Faktor non material yaitu harus memiliki tim yang solid, tim kerja yang efektif, dukungan masyarakat luas, dan lainnya.
‘’Faktor ini bisa dimiliki oleh siapapun. Tidak hanya incumbent, tetapi siapapun yang memiliki kekuatan non material ini,’’ ujar Wawan.
Selain itu, faktor material biasanya ditandai dengan dukungan logistik yang besar dan terarah sebagai modal dalam merebut simpati masyarakat.
Meski begitu, kemenangan untuk incumbent belum bisa dipastikan. Sebab Belum tentu incumbent bisa menang dalam Pilkada.
Banyak kasus Pilkada yang dimenangkan bukan oleh incumbent. Misalnya periode lalu di Ciamis incumbent malah kalah telak.
Meski begitu, dalam pelaksanaan Pilkada nanti jangan sampai kehilangan ruh demokrasi. Jangan samapai karena Incumbent maju tidak ada calon yang berani bertarung.
“Kalau tidak ada lawan terpaksa melawan bungbung kosong. Sehingga tidak terjadi seleksi kepemimpinan di daerah, ini tidak ada ruh demokrasi” katanya.