JABAR EKSPRES – Kepala Dinas DP3AP2KB Kota Cimahi, Fitriani Manan, mengungkapkan angka stunting di Kota Cimahi telah menurun signifikan menjadi sekitar 10,4%.
Menurutnya, komitmen pemerintah dalam menurunkan angka stunting di Cimahi yang turun.
“Indonesia tahun 2023 itu kan 24,5%. Saat ini angka stunting di Kota Cimahi sekitar 10,4%,” ujar Fitriani pada Jabar Ekspress, Rabu (10/7).
BACA JUGA: Sinopsis Film Triple Threat, Pertempuran Iko Uwais di Kawasan Asia Tenggara
Fitriani menjelaskan, penanggulangan stunting di Cimahi dilakukan melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang terdiri dari berbagai dinas terkait. Ada dua pendekatan utama dalam penanganan ini.
“Yang spesifik langsung ke Balita, ibu hamil atau calon pengantin. Yang sensitif yang tidak langsung seperti intervensi di lingkungan,” jelasnya.
Sebagai contoh, Fitriani menyoroti pentingnya sanitasi yang baik di masing-masing rumah tangga.
BACA JUGA: Susno Duadji Apresiasi Hakim Eman Sulaeman: “Keadilan Tegak di Sidang Praperadilan Pegi”
“Jika masyarakat tidak punya sepiteng, kotorannya bisa mencemari air permukaan dan rentan tercemari virus ekoli,” tambahnya.
Kerjasama lintas sektoral juga menjadi kunci dalam program ini. DP3AP2KB bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan kelompok wanita tani untuk memastikan kecukupan gizi melalui pemberian makanan tambahan.
Selain itu, audit status stunting dilakukan secara rutin untuk mencapai target “zero new stunting”.
BACA JUGA: Aspenda Dorong Jamkrida se-Indonesia jadi Motor Perekonomian Daerah
“Keluarga yang terdeteksi berisiko stunting harus didampingi oleh tim pendamping keluarga yang sudah dilatih, terdiri dari tim kesehatan, tenaga kesehatan, tim penggerak BKK, dan kader IMB,” kata Fitriani.
Untuk menangani masalah dari hulu hingga hilir, DP3AP2KB juga bekerja sama dengan Kementerian Agama dalam pembinaan perkawinan agar mengurangi angka perceraian
Dinas Kesehatan juga turut berperan dengan memberikan skrining kesehatan untuk mendeteksi penyakit seperti sipilis dan hepatitis. (Mong)