JABAR EKSPRES – Dalam dunia perfilman, peran seorang aktor atau aktris tidak selalu berujung pada pujian. Bagi Davina Karamoy, menerima peran antagonis dalam film “Ipar Adalah Maut” berarti siap menghadapi kebencian dari penonton. Film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini menempatkan Davina sebagai Rani, karakter yang menghancurkan rumah tangga kakaknya sendiri.
Davina Karamoy telah merasakan gelombang kebencian sejak perannya diumumkan ke publik. Bahkan sebelum trailer resmi dirilis, komentar negatif mulai menghujani dirinya. “Enggak usah dari trailer. Aku belum apa-apa, dari cast reveal aja sudah di-hate karena katanya ‘mukanya cocok banget,’ ‘ngeselinnya cocok banget,’” ujarnya sambil tertawa, seperti dilaporkan detikcom pada Selasa (2/7).
Sebagai aktris yang lahir pada 17 Agustus 2002, Davina memahami bahwa kebencian adalah bagian dari risiko yang harus dihadapinya. “Harus siap (dibenci) kayaknya karena sudah risiko dari awal aku ambil peran ini. Cuma, gimana caranya memerankan Rani dengan baik,” ungkapnya.
Menurut Davina, kebencian dari penonton justru merupakan bukti bahwa ia berhasil memerankan karakter Rani dengan baik. “Kalau output-nya baik, dengan banyak fan yang kesal, berarti aku berhasil memerankan Rani,” ujarnya dengan penuh keyakinan.
Dalam “Ipar Adalah Maut,” Davina berperan sebagai Rani, adik dari Nisa yang diperankan oleh Michelle Ziudith. Nisa adalah istri dari Aris, yang dimainkan oleh Deva Mahenra. Pasangan muda ini awalnya hidup bahagia dengan seorang anak perempuan. Namun, kebahagiaan mereka mulai pudar saat Rani, atas permintaan ibunya, tinggal bersama keluarga kecil Nisa dan Aris.
Aris dan Rani sering berinteraksi, baik di rumah maupun di kampus, tempat Aris bekerja dan Rani kuliah. Interaksi ini berkembang menjadi hubungan terlarang yang mengancam keharmonisan keluarga Nisa.
Kesuksesan film ini tak terbendung. Pada Minggu (30/6), “Ipar Adalah Maut” telah mengumpulkan 3,5 juta penonton sejak dirilis pada 13 Juni. Pencapaian ini menempatkan film ini dalam jajaran lima besar film terlaris Indonesia tahun 2024, melampaui “Pemandi Jenazah” yang meraih 1,6 juta penonton. Jika tren ini berlanjut, “Ipar Adalah Maut” berpotensi menggeser posisi “Siksa Kubur” dan “Badarawuhi di Desa Penari.”