BANDUNG – Ketua Komisi I DPRD Jawa Barat Bedi Budiman menginisiasi Bandung Geopolitics Studies, sebuah lembaga pemikir atau think tank yang merupakan wadah bagi pegiat ilmu hubungan internasional.
Bandung Geopolitics Studies dilaunching pada 21 Juni 2024 lalu di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung.
“Jadi Bandung Geopolitics Studies adalah sebuah wadah pegiat ilmu hubungan internasional sekaligus tindak lanjut dari seminar Pancasila untuk Dunia yang diselenggarakan DPRD Jawa Barat, beberapa waktu lalu,” ujar Bedi kepada awak media.
Mengenai penyematan kata “Bandung” hal ini, kata dia, tak lepas dari sejarah Bandung yang menjadi lokasi pertemuan internasional dalam wujud Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955.
Dengan mengambil nama Bandung, lembaga ingin bertujuan melestarikan dan mengembangkan semangat dari Dasasila Bandung.
Karena hasil dari KAA itu banyak, seperti dekolonialisasi atau menentang segala bentuk imperialisme dan kolonialisme. Kemudian detente atau peredaan ketegangan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat, serta pelucutan senjata.
“Karena kita politik luar negeri kita Bebas-Aktif, terwujud dalam Gerakan Non-Blok, itu semangatnya muncul dari Dasasila Bandung 1955, sebuah capaian monumental yang tercatat dalam sejarah politik dunia, jelasnya.
Dirinya menuturkan, Bandung Geopolitics Studies bertujuan menjadi tempat dialog para pegiat studi hubungan internasional, wadah publikasi jurnal ilmiah, dan terpenting adalah memberikan rekomendasi kebijakan untuk pemerintah.
“Jadi ini membantu pemerintah untuk pelibatan masyarakat di bidang Paradiplomacy atau parallel diplomacy. Karena di negara-negara maju diplomasi bukan hanya ruang lingkup pemerintah saja, tapi ada peran lembaga masyarakat juga individu, baik di bidang ekonomi maupun kebudayaan,” terangnya.
Lembaga ini, ditekankan Bedi, untuk memperkuat tiga pilar kekuatan bangsa, yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, serta berkepribadian di bidang kebudayaan.
Berdaulat di bidang politik karena lembaga ini mengkaji geopolitik, hubungan antara kedaulatan bangsa dengan teritori.
Sementara berdikari di bidang ekonomi, mengkaji kemandirian ekonomi bangsa ditengah sistem ekonomi global.
Terakhir berkepribadian di bidang kebudayaan, bagaimana agar seni dan budaya Indonesia bisa dikenal luas oleh masyarakat internasional, sehingga memperkuat citra kita sebagai bangsa Indonesia.