Reva Octaviani, Handal Mengolah Si Kulit Bundar di tengah Persepsi Masyarakat Soal Wanita Bermain Bola

JABAR EKSPRES – Siapa sangka, dengan rambut cepol plus kaos putih polosnya ia merupakan pesepakbola berkaliber Tim Nasional (Timnas) Indonesia. Reva Octaviani, baru-baru ini menggebrak pencinta si kulit bundar Indonesia setelah gol soloran kontra Singapura viral di jagat maya.

Pasalnya, decak kagum terpampang tatkala dirinya mampu melewati bek-bek lawan di menit ke-94. Angka yang kadang dianggap mustahil dilakukan oleh seorang remaja putri yang lahir pada tahun 2003 tersebut.

Seakan menjawab persepsi masyarakat Indonesia soal wanita juga bisa bermain sepak bola. Remaja putri asal Bogor sekaligus punggawa Persib tersebut menceritakan awal mulai dirinya berkiprah di persepakbolaan wanita.

Perjalanan kariernya dalam dunia sepak bola telah dimulai sejak ia berusia 7 tahun. Bakat mengolah sikulit bundar lahir dari kebiasaan dirinya memainkan olahraga tersebut bersama teman sebayanya.

“Kalau reva sendiri awal mulanya ikut sepak bola emang udah dari kecil, dari umur 7 tahun. Itu udah ikut-ikut main sama teman di kampung,” katanya kepada Jabar Ekspres, beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: BNPT Tingkatkan Koordinasi Hadapi Ancaman Teroris Menjelang Pilkada 2024

Namun, terkait perjalanan karir seorang Reva Octiaviani pastinya mudah untuk ditebak. Terlahir sebagai seorang wanita, pemilihan cita-cita menjadi pesepakbola pastinya bakal sulit terealisasi. Terlebih, anggapan orang tua sering menempatkan sepak bola sebagai olahraga yang identik dilakukan oleh pria.

“Awal-awal sih gak dibolehin sama orang tua, karena tiap pulang main dimarahin, tiap pulang dimarahin,” ujarnya.

Titip balik seorang Reva Octaviani muncul ketika dirinya mengikuti kejuaraan antar kampung. Menjadi satu-satunya pesepakbola wanita di kompetisi itu tak menghalangkan dirinya guna mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Imbas motivasi tersebut, dirinya terpilih menjadi pemain terbaik di antara kuam laki-laki.

“Awal-awal sih gak dibolehin sama orang tua, karena tiap pulang main dimarahin, tiap pulang dimarahin. Tapi ada satu momen waktu itu turnamen tarkam gitu, nah dari turnamen itu, alhamdulilah dapat pemain terbaik dan satu-satunya cewe di turnamen itu,” ucapnya.

“Nah dari situ mamah ngedukung dan masukin reva ke akademi,” tambahnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan