JABAR EKSPRES – Sepanjang Juni 2024, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung Barat (KBB) mencatat ada dua kasus keracunan makanan dengan korban mencapai 208 orang.
Sebelumnya, sebanyak 125 orang di Desa/Kecamatan Sindangkerta mengalami keluhan medis seperti muntah-muntah, pusing, dan diare seusai menghadiri acara perpisahan atau Samenan di SDN Gandasari. Dari jumlah tersebut, sebanyak 106 diperbolehkan pulang, sisanya masih menjalani perawatan di fasilitas kesehatan wilayah Kecamatan Sindangkerta dan Cililin.
Belum usai kasus keracunan makanan di wilayah Kecamatan Sindangkerta. Kasus dugaan keracunan makanan pun kembali terjadi, kali ini menimpa warga Kampung Tipar Silih Asih, RW 17, Desa Laksanamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
BACA JUGA:Polres Banjar Tanam Pohon Secara Serentak di Hari Bhayangkara ke-78
Dalam peristiwa itu, sebanyak 83 orang dilaporkan mengalami pusing, muntah-muntah, diare, serta demam sejak Senin (24/6) hingga Rabu (26/6). Gejala itu mulai dirasakan warga usai mengonsumsi nasi kotak yang dibagikan di acara syukuran khitanan pada Minggu (23/6) lalu.
“Betul kembali terjadi keracunan makanan, kemarin di Sindangkerta, sekarang di wilayah Kecamatan Padalarang. Petugas kesehatan sedang menangani para korban,” kata Plt Kepala Dinkes Bandung Barat, Eriska saat dihubungi, Kamis (27/6/2024).
Eriska mengatakan, semua warga yang mengalami keracunan sudah mendapat penanganan dari tenaga kesehatan di Puskesmas Padalarang.
BACA JUGA:Haji 2024, 44 Jemaah Asal Jabar Meninggal Dunia di Tanah Suci
Dari 83 korban, 11 orang mendapat penanganan khusus di rumah sakit di antaranya RS Dustira, RS IMC, RS Kasih Bunda dan RS Baros Cimahi.
“Selain penanganan para korban, Dinkes juga telah melakukan penelusuran untuk mencari penyebab puluhan warga keracunan. Untuk sampel makanan sedang dilakukan uji laboratorium,” ungkapnya.
Sementara itu, Camat Padalarang, Agus menerangkan, warga yang mengalami keracunan rata-rata mengalami gejala seperti mual, pusing, muntah-muntah, diare, serta demam. Gejala itu dirasakan warga sejak Senin 24 Juni 2024, puncaknya terjadi pada Rabu 26 Juni 2024.
“Berdasarkan informasi yang kami terima, beberapa warga sudah mengeluhkan gejala itu sejak Senin kemarin. Puncaknya kemarin hari Rabu,” kata Agus di Padalarang.