Ini Pandangan Pengamat Soal Koalisi Gemuk di Pilkada Bandung Barat

“Memang belum bisa melihat kekuatan antar koalisi selama belum mengusung bakal calon. Karena sekarang partai-partai yang sudah melakukan koalisi yang mereka didalamnya ada partai kuat tapi kan nanti tergantung siapa figurnya yang akan didorong,” tambahnya.

Ditanya apakah sudah diprediksi sebelumnya hanya akan terbentuk dua poros koalisi mengingat jika melihat perolehan kursi bisa mencukupi hingga empat koalisi, Arlan tak memungkiri hal tersebut bisa saja terjadi. Artinya Arlan menyebutkan koalisi partai politik yang sudah terbentuk itu dapat pecah kongsi di pertengahan jalan.

“Saya masih melihat bahwa di kabupaten Bandung Barat dengan amino dan antusias calon saya masih berpikir bahwa ini bisa terjadi tiga poros koalisi. Meskipun gambaran besarnya sekarang dua poros tapi saya melihat tiga poros lebih mungkin terjadi. Karena beberapa partai kita lihat juga masih mencari koalisi,” katanya.

Kendati demikian menurutnya dengan sudah terbentuk koalisi menandakan adanya kesepakatan bersama atara Parpol di masing-masing koalisi.

“Hanya saja dinamika politiknya terus berjalan. Contohnya apakah nanti Golkar atau Gerindra srek dengan yang akan diusungnya. Kemudian apa saja program yang akan dilaksanakan,” kata Arlan Siddha.

Terkait pecah kongsi, Arlan menilai khususnya di Koalisi Bandung Barat Maju kemungkinannya lebih besar. Karena di sana ada dua partai yang mendominasi dengan mendapatkan 8 kursi DPRD KBB, yaitu Partai Golkar dan Partai Gerindra.

“Ke duanya masih panjang perdebatannya. Jadi kalau sekarang itu masih bersifat hanya untuk bergabung saja. Tapi kan nanti akan membahas bagaimana calonnya dan program yang akan diusungnya dan seperti apa. Ini masih terus dinamis,” ujarnya.

Dijelaskan Arlan dalam koalisi diantara keduanya masih bersifat dinamis. Bisa dikatakan terbentuknya koalisi partai juga masih bersifat penjajakan untuk mengukur nama-nama Balon Bupati yang direkomendasikan di setiap partainya.

“Mengenai apakah dua partai (Golkar dan Gerindra) akan legowo jika hanya menjadi partai pendukung ini masih dinamis. Misalnya pengusung KBB 1 dari Golkar dan KBB 2 dari Gerindra atau sebaliknya tentu masih dibicarakan. Tapi paling tidak adalah dengan kekuatan Gerindra dan Golkar itu sudah mumpuni sudah cukup untuk mengusung,” jelasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan