JABAR EKSPRES – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung Barat (KBB), mengaku masih kesulitan menangani persoalan sampah di wilayahnya.
Dari total sampah yang dihasilkan oleh masyarakat sebanyak 700 ton setiap hari, DLH hanya mampu menanganinya sebanyak 160 ton per hari.
Selain kesadaran, dan pemahaman masyarakat yang masih minim tentang pengelolaan sampah, dinas juga masih kekurangan armada, dan kurangnya tempat pembuangan sementara (TPS). Hal ini yang membuat sampah liar semakin berserakan di berbagai sudut kota.
“Dari 700 ton itu, 160 ton terangkut, lalu ada yang DLH, Dinasdiambil pengepul, pengomposan, magot, dan bank sampah. Perkiraan sisanya 300 ton yang nggak terangkut,” ujar Kepala DLH Bandung Barat, Ibrahim Adjie saat dikonfirmasi, Jumat (7/6/2024).
BACA JUGA: Mark Zuckerberg Upgrade WhatsApp Business dengan Hadirkan Fitur Baru Berbasis AI
Selain minimnya sarana prasarana, menurut Ibrahim Adjie, penumpukan sampah semakin terjadi pasca TPA Sarimukti dilanda kebakaran. Hal ini mengakibatkan wilayah Bandung Raya mengalami krisis penumpukan sampah.
Selama penanganan TPA Sarimukti, DLH Pemprov Jabar, dikatakan Adjie mengurangi kuota dan ritase angkut sampah untuk 4 kabupaten/kota, diantaranya Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat.
“Karena pembatasan tersebut berdampak pada penumpukan sampah yang tidak terkendali hampir di seluruh wilayah di Bandung Raya, Pemprov Jabar gencar mensosialisasikan pemilahan sampah,” katanya.
“Selain kepada masyarakat, sosialisasi pemilahan ini juga ditujukan kepada 4 Kabupaten/kota Bandung Raya. Pembatasan kuota sampah ke TPA Sarimukti itu juga memicu Pemerintah Daerah untuk mengurangi sampah di wilayah masing-masing,” tambahnya.
BACA JUGA: Miliki Ukuran Buah yang Kecil, Ketahui Apa Itu Elderberry, Mulai dari Kandungan hingga Manfaatnya
Meski begitu, lanjut dia, DLH Bandung Barat masih kesulitan mengatasi persoalan sampah di wilayahnya. Terlebih saat ini kuota pembuangan sampah ke TPA Sarimukti untuk KBB telah habis. Bahkan telah diperpanjang beberapa kali.
Lambannya penanganan sampah pun menurut dia, juga disebabkan oleh belum memilikinya teknologi alat pemilahan sampah apapun. Penanggulangan sampah di KBB masih dengan mekanisme sosialisasi pemilahan dan kesadaran masyarakat.