“Tahun ini lumayan berat karena adanya orang yang memiliki ekonomi cukup (kaya) yang memelihara sapi sendiri. Jadi penjual agak kurang,” ujarnya saat ditemui.
Hendar menjelaskan, berbeda dengan tahun sebelumnya, satu bulan sebelum hari raya Idul Adha penjualan sapinya sudah terbooking.
“Kalau tahun sebelumnya alhamdulillah dari sebulan sebelum hari Idul Adha sudah terbooking semua, kalau sekarang baru setengahnya,” tambahnya.
Hendar mengungkapkan, dari 20 ekor sapinya, baru terjual sebanyak 13 ekor, sementara tahun lalu sudah terjual semuanya.
Adapun jenis harga sapinya bervariasi dari harga Rp 21 juta hingga Rp 35 juta dengan berbagai macam jenis seperti Sapi Peranakan Ongole (PO), Pegon, Limousine dan Simental.
Selain itu, Hendar menyebut pada tahun sebelumnya dengan adanya Wabah PMK dan SE memang ada beberapa pembeli yang membatalkan, tapi yang membutuhkan juga banyak.
“Jadi kalau tahun kemarin itu meskipun ada wabah tapi pemesanannya tinggi. Tapi sekarang wabah sudah gak ada, tapi pembeli yang sepi,” tambahnya.
Selain itu, jika ada sapi yang tidak terjual, hal itu pun menjadi beban bagi para petani yang harus menambah kembali biaya produksi, baik dari pakan yang meledak karena hays mengurus hingga tahun depan.
“Itu pun kalau gak laku diternak sampai tahun depan, tapi kalau kondisi sapinya pertumbuhan bagus gak terlalu rugi, kalau jelek ya rugi, atau ada resikonya,” tutupnya.