Kisah UMKM Jabar, Sukses Hilirisasi Buah-Buahan hingga Kewalahan Penuhi Permintaan Hotel Bintang Lima

Dalam sebulan biasanya Ayip menghabiskan sekitar 15 ribu ton bahan baku buah-buahan. Itu akan menghasilkan sekitar 100 ton olahan yang masih dalam bentuk pure. Bahan itu kemudian diolah lagi menjadi berbagai produk turunan.

Buah yang diolah Ayip juga beragam. Ada sekitar 26 varian buah. Seperti jambu biji, mangga, jeruk, sirsak, stroberi, manggis, maupun sirsak. “Tiap buah kan punya beragam varian juga, misal mangga arumanis dan mangga cengkir,” ucap pria 41 tahun itu.

Kewalahan Penuhi Permintaan

Produk olahan buah-buahan Ayip cukup diminati pasar. Bahkan, pria berambut pendek itu juga cukup kewalahan untuk memenuhi permintaan dari pasar.

Produk Gholy Food itu dipasarkan mulai dari toko di teras rumahnya, toko-toko pusat oleh-oleh, ritel modern, kafe, hingga hotel-hotel bintang lima. Sudah banyak hotel bintang lima maupun ritel modern yang berkontrak dengan Ayip untuk menjadi pelanggan. Itu ada di beberapa kota besar di Indonesia. Mulai dari Bandung, Surabaya maupun Batam.

Ayip juga sampai membangun beberapa titik distributor guna mempermudah melayani permintaan dari berbagai koleganya itu. “Hotel permintaannya dalam bentuk konsentrat. Biasanya satu hotel 2000 liter perbulan. Makanya kadang kami juga sampai kewalahan,” jelasnya.

Ayip sendiri juga sempat dikontak sejumlah perusahaan besar maupun pengusaha asing untuk menjadi mitra. Tapi Ayip belum menyanggupi karena masih terbatas dari sisi produksi.

Rekrut Karyawan dan Bangun Siklus Mata Rantai Usaha

Ayip ingin usahanya terus tumbuh dan langgeng. Iapun berupaya membangun siklus mata rantai dari hulu hingga hilir sektor usahanya agar tidak putus. Termasuk ikut mensejahterakan masyarakat melalui tenaga kerja.

Di hulu, Ayip juga turut membangun kelompok tani. Total ada sekitar 750 hektar lahan pertanian yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Bali jadi binaannya.

Bagi Ayip, membangun kelompok tani binaan memang agak sulit dan menantang. Tapi hal itu harus dilakukan guna menjaga keberlangsungan usahanya. Kelompok tani itu menjadi produsen bahan baku usahanya. Dengan menjadi binaan maka Ayip akan mudah mengontrol kualitas bahan baku. “Dari pada mengandalkan buah di pasar, kan tidak tau asal dan kualitasnya,” tuturnya.

Writer: Hendrik Muchlison

Tinggalkan Balasan